-
RELATIONSHIP BETWEEN NUTRITIONAL STATUS WITH CHILDREN AGED 18-36
MONTHS IN TIRTAMULYA HEALTH CENTER KARAWANG CITY 2018
Hosnol Khotimah1
, Atik kridawati1
, Santi Agustina1
1Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, Universitas Respati Indonesia
hosnolkhotimah0790@gmail.com
Abstarct
Background: The period of growth of children under five years is an important period in child development.
As it is known that the first three years are the golden period, which is the optimization of the growth
process. And malnutrition in the golden period is irreversible.
Objective: To study and explain the relationship between nutritional status of BB / U and TB / U with the
development of children aged 18-36 months.
Method: Type of quantitative analytic research with cross sectional design. Respondents are mothers who
have children aged 18-36 months. The total population studied was 96 children. Data collection uses
interviews, measurements. Data analysis using univariate, bivariate (Chi Square), multivariate (logistic
regression).
Results: Showing toddlers whose development did not match 52.1%, nutritional status BB / U was not good
58.3%, very short nutritional status TB / U 59.4%, poor nutritional intake 55.2%, female gender 56.2%,
small number of family members 67.7 %, low maternal education level 55.2%, mother who does not work
60.4%, low income level 53.1%, low knowledge of maternal nutrition 53.1%, toddlers who are not infected
with 57.3%. Variables related to child development p value <0.05, namely nutritional status TB / U (p =
0.017), nutritional intake (p = 0.002), income level (p = 0.019), maternal nutritional knowledge (p = 0.005).
Conclusion: The dominant variable is nutrient intake because it has an OR value = 8.919 which means that
the intake of nutrients that is consumed less by toddlers in one day has an opportunity of 8,919 times for the
development of children who are not suitable.
Keywords: Nutritional Status, Child Development, Nutritional Intake
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 18-36
BULAN DI PUSKESMAS TIRTAMULYA KOTA KARAWANG
TAHUN 2018
Abstrak
Latar Belakang : Periode pertumbuhan anak di bawah lima tahun merupakan periode penting dalam
tumbuh kembang anak. Seperti diketahui bahwa tiga tahun pertama merupakan periode keemasan (golden
period), yaitu terjadi optimalisasi proses tumbuh kembang. Dan kekurangan gizi pada periode keemasan
bersifat irreversible (tidak pulih).
Tujuan : Untuk mempelajari dan menjelaskan hubungan antara status gizi BB/U dan TB/U dengan
perkembangan anak usia 18-36 bulan.
Metode : Jenis penelitian analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Responden adalah ibu yang
memiliki anak usia 18-36 bulan. Total populasi yang di teliti sebanyak 96 anak. Pengumpulan data
menggunakan wawancara, pengukuran. Analisis data menggunakan univariat, bivariat (Chi Square),
multivariat (regresi logistik).
Hasil : Menunjukkan batita yang perkembangan anaknya tidak sesuai 52.1%, status gizi BB/U kurangbaik
58.3%, status gizi TB/U sangat pendek 59.4%, asupan gizi yang kurang 55.2%, jenis kelamin perempuan
56.2%, jumlah anggota keluarga yang sedikit 67.7%, tingkat pendidikan ibu yang rendah 55.2%, ibu yang
tidak bekerja 60.4%, tingkat pendapatan yang rendah 53.1%, pengetahuan gizi ibu yang rendah 53.1%,
batita yang tidak terkena penyakit infeksi 57.3%. Variabel yang berhubungan dengan perkembangan anak p
value < 0,05 yaitu status gizi TB/U (p= 0.017), asupan gizi (p=0.002), tingkat pendapatan (p= 0.019),
pengetahuan gizi ibu (p= 0.005).
2
Kesimpulan : Variabel yang dominan adalah asupan gizi karena mempunyai nilai OR= 8.919 artinya asupan
gizi yang kurang dikonsumsi batita dalam satu hari berpeluang 8.919 kali terhadap perkembangan anak yang
tidak sesuai.
Kata kunci : Status Gizi BB/U dan TB/U, Perkembangan Anak, Asupan Gizi
-
DETERMINAN PARTISIPASI KONTRASEPSI METODE OPERASI
PRIA (MOP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI MARIAM
KECAMATAN ANGGANA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2018
Hamdana Yunisar
Universitas Respati Indonesia
ABSTRAK
Penduduk dunia telah mencapai 5,2 milyar, setiap tahunnya meningkat lebih dari 90 juta.
Tahun 2025 diperkirakan akan bertambah sebesar 2 milyar atau menjadi 8,5 milyar. Program KB
menjadi tanggung jawab bersama antara suami istri tetapi partisipasi pria masih sangat rendah
di Puskesmas Sungai Mariam hanya mencapai 1% dibawah 8%. Tujuan penelitian mengetahui
determinan partisipasi pria menggunakan MOP di Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan
Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara. Populasi penelitian adalah seluruh Akseptor MOP
sebnayak 15 orang sebagai sampel kasus dan 15 orang sebagai sampel control seluruhnya 30
orang. Instrument yang digunakan data rekam medik dan kuesioner. Teknik analisa data analisa
univariat distribusi frekuensi, analisa bivariat chi square dan analisa multivariate analisa regresi
logistic berganda menggunakan taraf signifikan α 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan umur dengan partisipasi kontrasepsi
MOP (p value 0.709), ada hubungan pendidikan dengan partisipasi kontrasepsi MOP (p value
0.023), ada hubungan jumlah anak dengan partisipasi kontrasepsi MOP (p value 0.000), tidak ada
hubungan pengetahuan dengan partisipasi kontrasepsi MOP (p value 0.130), tidak ada hubungan
penghasilan dengan partisipasi kontrasepsi MOP (p value 0.084), ada hubungan budaya patriarki
dengan partisipasi kontrasepsi MOP (p value 0.002), ada hubungan dukungan keluarga dengan
partisipasi kontrasepsi MOP (p value 0.027), tidak ada hubungan akses pelayanan kesehatan
dengan partisipasi kontrasepsi MOP (p value 1.000), faktor yang dominan adalah variabel jumlah
anak nilai p value 0.024 dan nilai OR = 224.463 dan variabel budaya patriarki dengan nilai p
value 0.033 dan nilai OR = 42.363.
Kesimpulan ada pengaruh jumlah anak dan budaya patriarki terhadap partisipasi pria
menggunakan MOP sedangkan faktor umur, pendidikan, pengetahuan, dukungan keluarga dan
akses pelayanan kesehatan sebagai variabel pengontrol sedangkan vaiabel penghasilan tidak ada
pengaruh terhadap partisipasi pria menggunakan MOP. Saran yang diberikan DKK
meningkatkan sosialisasi program KB khususnya partisipasi pria menggunakan MOP, BKKBN
meningkatkan program-program pengaturan jumlah anak dan program KB yang menyentuh
pelosok daerah serta tempat-tempat aktivitas pekerjaan.
Kata Kunci :Umur, Pendidikan, Jumlah Anak, Pengetahuan, Penghasilan, Budaya Patriarki,
Dukungan Keluarga,Akses Pelayanan Kesehatan, Partisipasi Pria Menggunakan
MOP
Kepustakaan : 54,2008-2017
Jurnal Formil Kesmas Respati ISSN : 25500864
2
DESIGN OF CONTRACEPTIVE PARTICIPATION METHOD OF OPERATION MALE
(MOP) IN WORKING REGION PUSKESMAS RIVER MARIAM SUB DISTRICT KUTAI
KUTAI KARTANEGARA PROVINCE EAST KALIMANTAN 2018
Hamdana Yunisar
Respati Indonesian University
ABSTRACT
The world's population has reached 5.2 billion, increasing annually more than 90 million.
The year 2025 is expected to grow by 2 billion or to 8.5 billion. Family planning program is a
shared responsibility between husband and wife but very low male participation in the Mariam
River Community Health Center is only 1% below 8%.
The purpose of this research is to know the determinant of men participation using MOP at
Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kutai Kartanegara Regency. The population of
the study were all MOP acceptors for 15 samples and 15 samples as a control sample of 30
people. Instrument used medical record data and questionnaire. Univariate data analysis
technique of frequency distribution, bivariate analysis of chi square and multivariate analysis of
multiple logistic regression analysis using significant level α 0,05.
The results showed no relationship of age with the participation of MOP contraception (p
value 0.709), there was correlation of education with participation of MOP contraception (p value
0.023), there were relation of number of children with participation of MOP contraception (p
value 0.000), no knowledge relation with participation (p value 0.084), there is a relationship of
patriarchal culture with the participation of MOP contraception (p value 0.002), there is a family
support relationship with the participation of MOP contraception (p value 0.027), there is no
relation of health service access with participation of MOP contraception (p value 1,000),
dominant factor is variable of child number p value 0.024 and OR = 224.463 and patriarchal
culture with p value 0.033 and OR = 42.363.
Conclusion there is influence of number of children and patriarchal culture to male
participation using MOP while factor of age, education, knowledge, family support and access of
health service as controlling variable while vaiabel earnings no influence to men participation
using MOP. Suggestion given by DKK improve socialization of family planning program
especially men participation using MOP, BKKBN improve program of regulation of number of
children and family planning program that touching area and place of work activity.
Keywords: Age, Education, Number of Children, Knowledge, Income, Culture Patriarchy, Family
Support, Health Service Access, Male Participation Using MOP
Bibliography : 54, 2008-2017
Jurnal Formil Kesmas Respati ISSN : 25500864
-
DETERMINAN PERILAKU SEKS PADA REMAJA DI SEKOLAH MENENGAH
KESEHATAN (SMK) DHARMA BAKTI PERTIWI BEKASI TAHUN 2018
HAFAZATUL ULYA
Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Studi Pascasarjana
Universitas Respati Indonesia
Email: ……………………….. No Telp : ……………………….
ABSTRAK
Perilaku seksual adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan
jenisnya maupun dengan sesama jenis, Perilaku seksual yang dilakukan remaja dengan pasangannya
mulai dari ciuman bibir sampai dengan hubungan seksual merupakan perilaku seksual berisiko, yang
mengakibatkan peningkatan masalah-masalah seksual seperti unprotected sexuality, penyakit
kelamin, HIV AIDS dan lainnya. Rumusan masalah adalah tingginya perilaku seksual pada remaja di
daerah Bekasi Jawa Barat. Tujuan Penelitian ini untuk mempelajari dan menjelaskan determinan
perilaku seksual remaja di Sekolah Menengah Kesehatan (SMK) Dharma Bakti Pertiwi Bekasi. Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif dengan disain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukukan
pada bulan Mei tahun 2018 di SMK Dharma Bakti Pertiwi Bekasi. Populasi pada penelitian ini adalah
Siswa dan Siswi di SMK Dharma Bakti Pertiwi Bekasi tahun 2018 sebanyak 94 orang sedangkan
sampel dalam penelitian ini digunakan total populasi yaitus sebanyak 94 remaja. Pengumpulan data
menggunakan lembar kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi-square dan regresi logistik
berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang ada hubungan dengan perilaku seksual
remaja di SMK Dharma Bakti Pertiwi Bekasi adalah jenis kelamin (p=0,001), umur (p=0,001), kelas
(p=0,001), pendidikan orang tua (p=0,012), pekerjaan orang tua (p=0,015) dan tempat tinggal
(p=0,000). Variabel dominan berhubungan dengan perilaku seksual pada remaja adalah variabel
tempat tinggal dengan nilai OR = 49,679 yang artinya remaja yang yang tinggal sendiri mempunyai
peluang sebesar 50 kali berperilaku seksual yang berat dibandingkan dengan remaja yang tinggal
dengan orang tua setelah dikontrol dengan variabel pendidikan orang tua.
Disarankan pada pihak sekolah agar lebih giat mengadakan sosialisasi tentang perilaku seks
remaja yang beresiko terhadap penyakit Infeksi Menular Seksual. Serta meningkatkan pengawasan
kepada siswa-siswi pada saat masih dilingkungan sekolah.
Kata kunci: Prilaku Seksual Remaja, Deterninan Prilaku Seksual
-
PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) BUATAN INDUSTRI PADA BATITA GIZI KURANG
TERHADAP STATUS GIZI BATITA DI PUSKESMAS KASEMEN KOTA SERANG TAHUN 2018
Fitriyanto1,2, Atik Kridawati2
, Herman Sudiman2
PT Nestle Indonesia
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, Universitas Respati Indonesia
Dosen Tetap Program Pasca Sarjana Universitas Respati Indonesia
Email : fitri_soekril@yahoo.co.id
ABSTRAK
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 54% kematian anak disebabkan oleh keadaan
gizi yang masih buruk. Kasus gizi kurang dan gizi buruk di Puskesmas Kasemen cenderung meningkat
yaitu tahun 2016 sebanyak 17,2% dan pada tahun 2017 periode Januari – Desember 2017 sebanyak
20,2%. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian makanan tambahan (PMT) buatan
industri pada batita gizi kurang.
Metode Kuasi-eksperimen tanpa Kontrol.Responden ditimbang di awal intervensi sebagai pre-test,
intervensi PMT sebanyak 50 gr diberikan sehari 2 kali, jam 09.00-10.00 wib dan 15.00-16.00 wib serta
ditimbang setiap minggu dalam kurun waktu 8 minggu. Hasil penimbangan terakhir sebagai post-test.
Populasi dan sampel pada penelitian ini sebanyak 34 responden, Pengumpulan data dengan wawancara.
Analisis data dengan univariat dan bivariat (Uji T-dependent).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 34 batita gizi kurang, berat badan batita di awal diukur dengan
seca/dacin yang digunakan sebagai pre-test dalam prosedur penelitian. Sebelum diberi makanan
tambahan (PMT) buatan industri. Intervensi diberi makanan tambahan (PMT) buatan industri kemudian
diukur berat badan nya setiap minggu selama 8 minggu, dengan menggunakan seca/dacin oleh
peneliti/enumerator. Hasil dari intervensi angka gizi kurang menjadi 26,5% (9 batita) dan 73,5% (25
batita) berubah status menjadi gizi baik dengan Standar Deviasi 0,34 dengan mean 1,22. Pengaruh
pemberian makanan tambahan (PMT) buatan industri Terhadap Perubahan Status Gizi (BB/U) Batita gizi
kurang, setelah dilakukan uji statsitik dengan menggunakan uji beda mean dependen (T-test paired
sample) didapatkan nilai p = 0,000, jadi ada pengaruh pemberian makanan tambahan (PMT) buatan
industri terhadap perubahan status gizi (BB/U) batita gizi kurang.
Pemberian makanan tambahan (PMT) buatan industri pada batita gizi kurang dapat meningkatkan
status gizi. Pemegang program gizi dapat meneruskan evaluasi untuk mengetahui tumbuh kembang
batita yang ikut dalam penelitian pemberian makanan tambahan ini. Saran untuk pihak EKBang dapat
meneruskan program pemberian makan tambahan ini dengan subsidi yang disarankan oleh peneliti
yaitu sebesar 40 % (2 sachet perhari dengan harga Rp.3000) dari total pemberian makanan tambahan (5
sachet perhari dengan harga Rp.7500) yang dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan karena
responden hanya mampu membeli 3 sachet perhari dengan harga Rp. 4500.
Kata kunci : Status Gizi, PMT, Gizi Kurang, Batita.
ABSTRACT
World Health Organization (WHO) estimates that 54% of child death is caused by malnutrition. The
cases for deficient and malnutrition at Kasemen Health Center tend to increase; 17.2% in 2016 and
20.2% in 2017 of the January-December 2017 period. This study aims to determine the effect of
supplemental feeding (SF) with industrial food on deficient nutrition toddlers.
The method of the study is Quasi-experimental without Control group. The respondents were weighted
before intervention which was taken as the pretest result. SF intervention at 50 gr was provided 2 times;
at 9-10 AM and 3-4 PM. The weights of the toddlers were recorded every week for 8 week period. The
results were taken as the posttest. The population and sample are 34 respondents. the data collection
technique is interview, and the data analysis is with univariate and bivariate (T-dependent test).
The result shows that, among 34 deficient nutrition toddlers, whose weights were measured with
seca/dacin (steelyard) and used as the pretest before the SF with industrial food. Intervention was with
the SF with industrial food, then the weights were measured each week for 8 week period using
seca/dacin by the researcher/enumerator. As the result of the intervention, the deficient nutrition level
reduced into 26.5% (9 toddlers) and 73.5% (25 toddlers). The status changed into well nutrition with the
2
mean of 1.22 and Standard Deviation of 0.34. With the statistical test of dependent mean difference
test (T-paired sample test) at the p value = 0.000, it shows the effect of supplementary feeding (SF) with
industrial food to the Change of Nutritional Status (W/A) of the deficient nutrition toddlers.
Providing supplementary food (SF) with industrial food to deficient nutrition toddlers may improve the
nutritional status. The nutrition program holders may continue the evaluation in order to find out the
growth and development of the toddlers who have participated in this study. As a suggestion, EKBang
(Economic Development division) may continue the program to provide supplemental feeding with the
subsidy suggested by the researcher at around 40% (2 sachets per day with the cost Rp. 3,000) of the
total supplemental feeding (5 sachets per day with the cost Rp. 7,500) as conducted in this study. This
was done because the respondents were only able to buy 3 sachets per day with the cost Rp. 4,500.
Keywords: Nutritional Status, Suplemental Feeding, Deficient Nutrition, toddlers
-
HUBUNGAN ANTARA KETERPAPARAN PORNOGRAFI MELALUI HANDPHONE
DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMKN 10 JAKARTA
Engglide Soumokil¹ , Rachmadhi Purwana², Sri Widodo³
1. Program Studi Pascasarjana, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Respati
Indonesia, jakarta Timur 13890, Indonesia
2. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
3. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Respati Indonesia, jakarta Timur
13890, Indonesia
⃰E-mail: angiesoumokil86@gmail.com
ABSTRAK
Remaja merupakan kelompok rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi. Pada masa ini terjadi
keinginan besar untuk mencoba dan mengetahui hal baru. Paparan pornografi dan efeknya pada
remaja merupakan masalah serius karena dapat berdampak pada masalah kesehatan reproduksi
remaja seperti kehamilan tidak diinginkan, aborsi tidak aman, penyakit menular seksual dan HIVAIDS. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross
sectional. Responden dalam penelitian ini yaitu 162 responden yang diambil berdasarkan total
populasi siswa SMKN 10 Jaakarta. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan kuesioner.
Dari hasil analisis statistik variabel yang mempunyai p value < 0,05 yaitu jenis kelamin,
pengetahuan kesehatan reproduksi, paparan pornografi melalui handphone, tempat mengakses
pornografi, dan pengaruh teman sebaya. Hasil analisis multivariat didapatkan variabel paling
dominan yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah keterpaparan pornografi
melalui handphone dengan OR=5,882. Maka dapat disimpulkan bahwa remaja yang terpapar
pornografi melalui handphone memiliki perilaku seksual berisiko berat 5 kali lebih besar
dibandingkan remaja yang tidak terpapar pornografi melalui handphone. Perlunya pelatihan kader
yaitu siswa SMKN 10 Jakarta yang terbentuk dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk
membantu program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Selain itu pihak sekolah juga
melakukan kontrol tentang penyebaran pornografi khususnya pengguna handphone dengan
membatasi penggunaan handphone di jam sekolah dan melakukan razia setiap bulannya.
Daftar Bacaan : 56 (2004 -2017)
Kata Kunci : Pornografi melalui handphone, perilaku seksual remaja
ABSTRACT
Teenagers are vulnerable to reproductive health problems. At this time there is a great desire to try
and know new things. Exposure to pornography and its effects on adolescents is a serious problem
because it can have an impact on adolescent reproductive health problems such as unwanted
pregnancy, unsafe abortion, sexually transmitted diseases and HIV-AIDS.
The design of this study uses a quantitative approach with cross sectional design. Respondents in
this study were 162 respondents who were taken based on the total student population in Jakarta
10 Vocational High School. Data collection was obtained using a questionnaire.
From the results of statistical analysis of variables that have p value <0.05, namely sex, knowledge
of reproductive health, exposure to pornography through mobile phones, places to access
pornography, and peer influences. The results of the multivariate analysis showed that the most
dominant variable related to adolescent sexual behavior was pornographic exposure via mobile
phones with OR = 5.882. It can be concluded that adolescents who are exposed to pornography
through cellphones have a risky sexual behavior 5 times greater than adolescents who are not
exposed to pornography via mobile phones. The need for cadre training is that students at the 10
Jakarta Vocational High School are formed in the School Health Business to help the Youth Care
Health Service program. In addition, the school also controls the spread of pornography, especially
mobile phone users by limiting the use of cellphones during school hours and conducting raids
every month.
Reading List: 56 (2004-2017)
Keywords: Pornography via cellphone, teenagers sexual behavior
-
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SADARI PADA SISWI
SMK 58
JAKARTATAHUN 2018
E.S FITRIWATI ENNY
Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Studi Pascasarjana
Universitas RespatiIndonesia
Email: e.sfitriwatienny@yahoo.comNo Telp : 082213700667
ABSTRAK
Latar Belakang : Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan
sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya
serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya yang disebut metastasis. Sel kanker
bersifat ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia (Depkes RI,
2009). Riset Penyakit Tidak Menular (PTM) 2016 menyatakan perilaku masyarakat dalam
deteksi dini kanker payudara masih rendah. Tercatat 53,7% masyarakat tidak pernah
melakukan SADARI, sementara 46,3% pernah melakukan SADARI. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari dan menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilku SADARI pada siswi SMK 58 tahun 2018
Metode : Desain penelitian menggunakan pendekatan analitik kuantitatif dengan rancangan cross
sectional, jumlah sampel 192 siswi, analisis menggunakan univariat, bivariat dengan chi square, dan
multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda.
Hasil :Variabel yang berpengaruh dengan perilaku SADARI yaitu, pengetahuan (p value = 0,001 ;
OR = 2,917), sikap (p value = 0,006 ; OR = 2,486), dukungan teman sebaya (p value = 0,031 ; OR =
2,041) dan dukungan petugas kesehatan (p value = 0,020 ; OR = 2,124). Sedangkan variabel dominan
adalah Pengetahuan (OR) 2,917.
Diskusi :Sekolah dan guru sebaiknya dapat menjalin kerjasama dengan Puskesmas untuk memberikan
informasi melalui penyuluhan tentang kesehatan reproduksi misalnya dalam usaha kesehatan sekolah
(UKS) atau suatu tambahan mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) yaitu Biologi tentang
kesehatan reproduksi khususnya penyakit-penyakit yang dapat terjadi.
Kata kunci : Siswi,Perilaku SADARI, pengetahuan
ABSTRACT
blackground :Cancer is a non infectious disease which is characterized by abnormal/
continuous and uncontrolled cell growth which can damage the surrounding tissue and can
spread to place far from its origin called metastasis. Cancer cells are malignant can be derived
or tumbub from every type of cell of the human body (Depkes RI 2009) Research on non
communicable disease (PTM) 2006 statets that people’s behavior in early detection pf breast
cancer still low 53,7% of the community never had ever done BSE. This study aims to study
anf explain the title of the factors related to BSE behavior in 58 Jakarta vocational high
school studentas 2018
Method : research design using quantitative analytic approach with cross sectional design, number of
sample 192 students, analysis using univariate,bivariate with chi square, and multivariate using
multiple logistic regression test.
Result : variables that influence BSE behavior are knowledge ( p value 0,001 ; OR = 2,971 ), attitude (
p value = 0,006 ; OR = 2,486), peer support ( p value = 0,031 ; OR= 2.041) and officer support health
( p value = 0.0210; OR= 2,124) while the dominant variable is knowledge (OR) 2.971
Discussion : schools and teachers should be able to collaborate with health centers to provide
information through counseling on reproductive health, for example in a school health business (
UKS) or an additional subject of natural sciences, namely biology about reproductive health,
sepecially diseases that can occur.
Keywords : studentas, BSE, behavior, knowledge.
-
PENGARUH AROMATERAPI INHALASI LAVENDER TERHADAP
INTENSITAS NYERI PASCA PERSALINAN CAESAR DI RSI SULTAN
AGUNG SEMARANG
Djamila1*
, Sutanto Priyo Hastono2
, Zarfiel Tafal3
1. Program Studi Pascasarjana, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Respati
Indonesia, Jakarta Timur 13890, Indonesia
2. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas MH Thamrin, Jakarta Timur 13550,
Indonesia
3. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
*E-mail: mymila328@gmail.com
Abstrak
Persalinan caesar memiliki nyeri lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan normal.
Aromaterapi lavender adalah salah satu teknik mengatasi nyeri dengan pendekatan non
farmakologi. Menghirup aromaterapi lavender dengan kandungan linalool dan linail acetate dapat
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aromaterapi
lavender untuk mengurangi nyeri pasca persalinan caesar. Metode penelitian menggunakan quasi
exsperiment dengan rancangan post test only design with control group. Instrumen numeric rating
scale digunakan untuk menghitung intensitas nyeri. Teknik sampel purposive sampling, sampel
52 responden dan terbagi 2 grup. Analisis univariat menunjukkan karakteristik responden dan
distribusi intensitas nyeri, analisis bivariat Uji T dan analisis multivariat Ancova, penelitian ini
menemukan bahwa sebelum diberikan aromaterapi inhalasi lavender pada kelompok eksperimen
rata-rata intensitas nyeri 6.96 (kisaran skala 5-8), sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata
intensitas nyeri 6.50 (kisaran skala 4-8). Sesudah diberikan aromaterapi inhalasi lavender pada
kelompok eksperimen intensitas nyeri mengalami penurunan yaitu rerata skala 5.65 (kisaran skala
4-7) dan pada kelompok kontrol rerata skala 6.23 (kisaran skala 5-8). Ada pengaruh aromaterapi
inhalasi lavender terhadap intensitas nyeri pasca persalinan caesar (p=0.028). Sehingga
aromaterapi lavender dapat menjadi komplementer bagi ibu pasca persalinan caesar untuk dapat
mengontrol nyeri.
Kata kunci: lavender, nyeri, persalinan caesar.
Daftar pustaka: 73 (2001-2015)
Abstract
Cesarean delivery has higher pain than normal labor. Lavender aromatherapy is one
technique to overcome the pain with non-pharmacological approach. Inhaling aromatherapy
lavender scent with linalool and linail acetate content can reduce or eliminate pain. This study
was to determine the effect of lavender aromatherapy to reduce post-sectio caesarea pain. The
research method this quasi experiment research used post test design only design with control
group. The numeric rating scale instrument was applied to measure the intensity of pain. By using
purposive sampling, 52 respondents were taken as sample and divided into 2 groups. Univariate
analysis showed the characteristics of respondents and the distribution of pain intensity, bivariate
analysis. T test was used for bivariate and Ancova for multivariate analysis. This study found
before being given lavender inhalation aromatherapy in the experimental group the average pain
intensity was 6.96 (5-8 scale range), whereas in the control group the average pain intensity was
6.50 (4-8 scale range). After lavender inhalation aromatherapy was given to the experimental
group, the intensity of pain decreased, which was a mean scale of 5.65 (range of 4-7)and in the
average control group the scale was 6.23 (5-8 scale range). There is an influence of aromatherapy
inhalation of lavender on the intensity of pain after caesarean delivery (p=0.028). Lavender
aromatherapy can be used as complementary for the post-sectio caesarea mother to be able to
control the pain.
Keywords: lavender, pain, caesarean section.
References: 73 (2001-2015)
-
STUDI PEMANFAATAN STATISTIK RUTIN UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PREVALENSI PENGGUNAAN
KONTRASEPSI MODERN PADA TINGKAT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI DKI JAKARTA
Dimas Budi Wicaksono1
, Sutanto Pryo Hastono1
, Cicilia Windiyaningsih1
Program Pasca Sarjana
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Respati Indonesia
Jl. Bambu Apus 1 No.3 Cipayung, Jakarta Timur 13890
Email : dimas_e_mail@yahoo.com
Abstrak
Saat ini data statistik rutin Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
belum dimanfaatkan untuk mengukur tingkat Prevalensi Penggunaan kontrasepsi modern (mCPR).
Untuk mengukur parameter tersebut program KB masih menggunakan survei. Indonesia memiliki
berbagai survei yang dapat mengukur indikator tersebut, namun setiap survei yang ada menerapkan
metodologi yang berbeda sehingga menghasilkan nilai yang berbeda, selain itu survei yang ada sebagian
besar hanya mampu dianalisis hingga tingkat provinsi sehingga pengelola program KB di tingkat
kabupaten/kota sulit untuk mengevaluasi program mereka.
Tujuan studi ini adalah mencoba memanfaatkan hasil pelaporan statistik rutin BKKBN di tingkat
kabupaten/kota untuk diperbandingkan nilai dan pola kecenderungan dengan nilai survei yang ada.
Parameter yang diperbandingkan adalah prevalensi penggunaan kontrasepsi modern (mCPR). Unit
analisis studi ini adalah laporan bulanan Pengendalian Lapangan dan Pelayanan Kontrasepsi yang
dikumpulkan sejak Januari 2012 hingga Desember 2017. Proses perhitungan dilakukan dengan
menggunakan alat bantu estimasi Service Statistics to Estimated Modern Use untuk menghitung mCPR
dari statistik rutin dan alat bantu modeling Family Planning Estimation Tools (FPET) untuk
menghasilkan model dari beberapa nilai survei yang ada. Studi ini akan melihat apakah hasil
perhitungan statistik rutin memiliki besaran dan pola kecenderungan yang sama dengan nilai survei.
Pada studi ini didapatkan informasi nilai mCPR Pengendalian lapangan memiliki besaran yang sama
dengan nilai survei, namun memiliki pola kecenderungan yang berbeda. Situasi sebaliknya terjadi pada
laporan Pelayanan Kontrasepsi dimana secara besaran nilainya jauh lebih rendah dari nilai survei namun
memiliki pola kecenderungan yang serupa dengan nilai survei.
Kata Kunci: mCPR, statistik rutin, Pengendalian Lapangan, Pelayanan kontrasepsi, survei
-
Effectiveness of Honey Toward Episiotomy
Wound Healing in Female Rat
Diena Juliana1,2
, Atik Kridawati2
, and Noegroho Iman Santosa2*
1 Stikes Yarsi Pontianak
2 Universitas Respati Indonesia
Jalan Bambu Apus 1 no 3, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta 13890. (021)8457627
*corresponding author, e-mail: dienajuliana@gmail.com
Abstract
Honey contains many active compounds that have health benefits. Honey has a broadspectrum antibacterial activity and ability to support wound healing. This study to known the
effectiveness of apis dorsata honey in episiotomy wound healing in the rattus novergicus strain
wistar. This study was a true experiment with randomized post test only control group. The
number of samples was 14 rats that were divided into two groups: a group was given honey
treatment and the other group was given povidone iodine 10%. Before given treatment, a 1 cm
wound was made on perineal each rats. Wound care was done in every days. REEDA
assessment tool was used to asses the wound. There was signicant difference between the use
of honey and povidone iodine in episiotomy wound healing in the white rats (p = 0,038). Based
on the average of REEDA score every day, honey gave better effect than povidone iodine 10%.
Honey gave better effect than povidone iodine 10% in episiotomy wound healing. Apis dorsata
honey could be use as the alternatives dressing in episiotomy wound.
Keywords: episiotomy wound, honey, REEDA score
-
EVALUASI EFEK SAMPING PASCA VAKSINASI HPV PADA
ANAK SD DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN
CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
Dian Ratnamurti
dianrm76@gmail.com
Fakultas Ilmu Kesehatan Masyrakat Universitas Respati Indonesia Jakarta
ABSTRAK
Kanker serviks merupakan salah satu permasalahan dalam kesehatan reproduksi,
setiap wanita berisiko menderita penyakit Human Papiloma Virus (HPV) yang
menyebabkan Kanker Serviks. Saat ini upaya penanganan kasus kanker serviks
telah dilakukan seperti deteksi dini dan pemberian vaksinasi HPV. Tujuan
penelitian untuk mengetahui evaluasi efek samping pasca vaksinasi HPV pada
anak SDN diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cipayung Jakarta Timur Tahun
2018. Metode penelitian kuantitatif dengan desain kohor. Populasi penelitian
adalah seluruh remaja putri kelas VI SD dan sederajat di DKI Jakarta berjumlah
750.000. Sampel sebanyak 44 responden diambil secara random sampling,
pengambilan data menggunakan data dari rekam medik dan wawancara langsung
dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menggambarkan efek samping
vaksin HPV sebesar 34,1%, responden berumur 11 tahun sebanyak 50%, tidak
mempunyai riwayat keluarga sebanyak 88,6%, dan status gizi normal sebanyak
22 orang (50,0%). Hasil analisis statistik menunjukkan umur nilai (p=1,000)
>0,05, genetik nilai (p=0,039) >0,05 OR=10,182, dan status gizi nilai (p=1,000)
>0,05. Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan efek samping vaksin HPV
cukup besar, dan terdapat hubungan genetik dengan efek samping vaksin HPV
EVALUATION OF SIDE EFFECTS POST HPV VACCINATION IN
PRIMARY SCHOOL CHILDREN IN THE WORKING AREA OF
DISTRICT HEALTH CENTER CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
Dian Ratnamurti
dianrm76@gmail.com
Faculty of Public Health Sciences, Respati Indonesia University, Jakarta
ABSTRACT
Cervical cancer is one of the problems in reproductive health, every woman is at
risk of suffering from Human Papilloma Virus (HPV) which causes cervical
cancer. Currently efforts to treat cervical cancer cases have been carried out such
as early detection and administration of HPV vaccination. The purpose of the
study was to determine the evaluation of side effects after HPV vaccination in
elementary school children in the work area of Cipayung Subdistrict Public Health
Center in East Jakarta in 2018. Quantitative research methods with cohort design.
The study population was all girls in the sixth grade of elementary school and
equivalent in DKI Jakarta amounted to 750,000. A sample of 44 respondents were
taken by random sampling, data collection using data from medical records and
direct interviews using questionnaires. The results of the study describe the side
effects of HPV vaccine as 34.1%, respondents aged 11 years as much as 50%, no
family history of 88.6%, and normal nutritional status of 50.0%. Statistical
analysis showed age value (p = 1,000)> 0.05, genetic value (p = 0.039)> 0.05 OR
= 10.182, and nutritional status value (p = 1,000)> 0.05. Conclusion: The results
showed the side effects of the HPV vaccine were quite large, and there was a
genetic relationship with the side effects of the HPV vaccine.
-
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERAWAT DALAM
PEMENUHAN SKP (SATUAN KREDIT PROFESI)
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RSUD BAYU ASIH
KABUPATEN PURWAKARTA
Chaerani Triyuliana
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Respati Indonesia
ABSTRAK
Latar belakang : Bukti seseorang melakukan kegiatan pengembangan keprofesian bagi perawat
dinyatakan dalam bentuk Satuan kredit Profesi (SKP) oleh organisasai profesi. Berdasarkan
Permenkes Nomor 1796 tahun 2011, untuk perpanjangan STR, setiap perawat harus memiliki 25
SKP (100%).
Tujuan penelitian :untuk mengetahui pencapaian faktor- faktor yang mempengaruhi praktik
perawat dalam pemenuhan satuan kredit profesi (SKP) di RSUD Bayu Asih Purwakarta.Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mi mixed method. Penelitian Kuantitatif
menggunakan menggunakan angket dengan rancangan Cross Sectional dan kualitatif
menggunakan wawancara mendalam. Populasi responden sebanyak 276 dan sampel yang
diambil 163, serta 4 narasumber. Analisis dilakukan dengan univariat dan bivariat
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa sebanyak 68 responden (41,7) tidak
tercapi , dan sebanyak 95 responden (58,3%) tercapai dalam pemenuhan SKP. Terdapat
hubungan antara jadwal dinas dengan praktik perawat dalam pemenuhan SKP ( p-value 0,008).
Saran : Sebagai bahan masukan dan evaluasi agar sebaiknya pihak manajemen keperawatan
mensosialisasikan kembali pentingnya SKP bagi perawat khususnya dalam perpanjangan/
registrasi ulang STR.
Kata Kunci : SKP, Perawat, Pengetahuan, Jadwal dinas, Informasi
-
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI PADA
WANITA DI KECAMATAN TERIAK KABUPATEN BENGKAYANG
KALIMANTAN BARAT TAHUN 2018
Brigita Olivia 1
, Sutanto Priyo Hastono 2
, Siti Masyitah 3
Program Pasca sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia
Email: brigita_oliviaahie@yahoo.com No Telp : 085245221559
ABSTRAK
Pernikahan dini atau pernikahan anak merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia yang
terlalu muda, yaitu usia kurang dari 20 tahun untuk perempuan. Kejadian pernikahan dini di
Kecamatan Teriak dalam 3 tahun terakhir selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 jumlah
pernikahan dini sebanyak 22,09%, meningkat ditahun 2016 22,90% meningkat kembali ditahun 2017
menjadi 25,95%. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pernikahan usia dini pada wanita di Kecamatan Teriak Kabupaten Bengkayang
tahun 2018.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan disain penelitian cross sectional. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh wanita yang menikah pada tahun 2015-2018 di Kecataman Teriak
Kabupaten Bengkayang, dengan jumlah populasi 831 wanita. Pengambilan sampel secara purposive
sampling. Jumlah sampel 117 responden. Pengumpulan data menggunakan rekapitulasi kuesioner.
Analisis data menggunakan uji Chi-square dan regresi logistik berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan signifikan dengan pernikahan usia
dini pada wanita adalah pendidikan (p=0,0005), pengetahuan (p=0,001), pendapatan orang tua
(p=0,047), paparan fornografi (p=0,039) dan pergaulan bebas (p=0,014). Variabel yang tidak
berhubungan adalah pekerjaan responden, informasi media masa dan peran orang tua. Variabel yang
dominan penelitian ini adalah pendidikan (OR=5,582)
Disarankan pada Puskemas agar melakukan promosi kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan
pernikahan dini, tentang bahaya fornografi dan pergaulan bebas ke remaja-remaja putri yang bisa
disampaikan dengan cara melakukan penyuluhan-penyuluhan disekolah. Diharapkan bagi remaja putri
yang tidak dapat melanjutkan pendidikan formalnya ke jenjang yang lebih tinggi, maka remaja putri
dapat mengisi waktu kosong dengan mengikuti pendidikan non formal seperti mengikuti kursus atau
les.
Kata kunci: Pernikahan Usia Dini, Faktor Risiko Pernikahan Usia Dini
-
ANALISIS KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN
DI KLINIK PRATAMA MELANIA PADEMANGAN JAKARTA UTARA
TAHUN 2017
ANALYSIS INCIDENCE OF PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANES ON
MATERNITY MOTHER AT PRATAMA MELANIA CLINIC, PADEMANGAN,
NORTH JAKARTA, 2017
1Betty Nir Susanti, 1 Atik Kridawati, 1 Tri Budi Wahyuni Raharjo
1 Universitas Respati Indonesia
*Hp/Email : 081224207872/bettynirsusanti@gmail.com
Abstract
Background : In 2015 Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia achieve 305/100,000 live births. In 2017 MMR
in North Jakarta achieve 19 cases of maternal mortality. The causes of maternal mortality due to infections, infections
experienced by the majority of mothers due to the existence of problems in pregnancy and childbirth, one of them is
the premature rupture of membranes (45%). The preliminary study conducted at Pratama Melania Clinic,
Pademangan, North Jakarta in 2017 maternity mothers rate as much as 425 mothers with premature rupture of
membranes as much as 99 (23.29%). This study aimed to determine the factors associated with premature rupture of
membranes on maternity mother.
Method : Survey analitik study with case control method was used. Cases were maternity mothers with premature
rupture of membranes. Controls were maternity mothers non premature rupture of membranes. Subjects were 297 of
maternity mothers (case = 99 maternity mothers; control = 198 maternity mothers). This study used form. Data were
analyzed into univariate, bivariate using chi-square test, and multivariate using logistic regression.
Result : This study found the parity and infant weight were associated with premature rupture of membranes (p <
0,05). Anemia, fetal presentation, age and premature rupture of membranes history were not associated with premature
rupture of membranes (p > 0,05). Premature rupture of membranes history as a confounding variable.The dominant
variable is weight baby (p value= 0.001; OR= 3,06).
Conclusion : baby weight > 4000 grams has a 3 times greater chance of experiencing premature rupture of membranes
compared to a baby’s weight ≤ 4000 grams. Advice for clinics to further increase the capacity of midwives and
doctors. And health workers undertake efforts to achieve healt for pregnant women throught (KIE) about the
importance of regular knowledge of antenatal care according to K4 standards with top priority for mothers with more
weight interpretation of fetuses, multiparous pregnant women and other factors causing premature rupture of
membranes.
Keyword : Premature Rupture Of Membranes, Baby Weight, Maternity Mother
Intisari
Latar Belakang : Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 305/ 100.000 kelahiran hidup.
AKI di Jakarta Utara tahun 2017 mencapai 19 kasus kematian ibu. Penyebab angka kematian ibu karena adanya
infeksi, infeksi yang dialami ibu sebagian besar dikarenakan adanya masalah pada kehamilan dan persalinan, salah
satunya adalah ketuban pecah dini (45%). Dari studi pendahuluan yang dilakukan di Klinik Pratama Melania
Pademangan Jakarta Utara tahun 2017 jumlah ibu bersalin sebanyak 425 orang dengan ketuban pecah dini sebanyak
99 (23,29%). Tujuan penelitian untuk mempelajari dan menjelaskan faktor apa saja yang berhubungan dengan
kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin.
Metode : Penelitian survey analitik dengan rancangan penelitian case control. Kasus adalah ibu bersalin dengan
ketuban pecah dini. Kontrol adalah ibu bersalin yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Besar sampel sebanyak
297 ibu bersalin (kasus : 99 ibu bersalin dan kontrol : 198 ibu bersalin). Instrument penelitian adalah formulir. Analisis
data menggunakan univariat, bivariat menggunakan uji chi – square dan multivariat dengan menggunakan logistic
regression.
2
Hasil : Penelitian ini menemukan variabel paritas dan berat badan bayi berhubungan signifikan dengan kejadian
ketuban pecah dini (p < 0,05). Variabel yang tidak berhubungan adalah anemia, presentasi janin, umur dan riwayat
ketuban pecah dini (p > 0,05). Variabel riwayat ketuban pecah dini sebagai variabel counfounding. Variabel dominan
adalah berat badan bayi (p value 0,001;OR 3.056).
Kesimpulan : Berat badan bayi > 4000 gram memiliki peluang 3 kali lebih besar mengalami ketuban pecah dini
dibandingkan dengan berat badan bayi ≤ 4000 gram. Saran bagi klinik agar lebih meningkatkan kapasitas bidan dan
dokter. Dan tenaga kesehatan mengadakan upaya mewujudkan kesehatan bagi ibu hamil melalui KIE tentang
pentingnya pengetahuan pemeriksaan kehamilan yang teratur sesuai standar (K4), dengan prioritas utama pada ibu
dengan tafsiran berat janin lebih, ibu hamil multipara dan faktor lain penyebab ketuban pecah dini.
Kata Kunci : Ketuban Pecah dini, Berat Badan Bayi, Ibu Bersalin
-
Determinan Yang Berpengaruh Terhadap Pemantauan Mutu Eksternal (PME) Bakteri Tahan
Asam (BTA) Di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur
Aturut Yansen
Alamat Korespondensi :
Kantor Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
Jalan Matraman Raya Nomor 218, Bali Mester, Jatinegara, Kota Jakarta Timur. Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Indonesia 13310.Nomor Handphone 081285581992, Telepon Kantor (+62-21)
8192202, Faxsimili (+62-21) 8506319 Email: arthurut26@gmail.com
ABSTRAK
Jakarta Timur belum semua faskes yang melakukan pemeriksaan mikroskopik BTA menurut data
tahun 2016 dari total 61 faskes yang melakukan pemeriksaan mikroskopis BTA baru 13 Puskesmas,
16 Rumah Sakit (21%) yang mengikuti program PME. Dengan hasil 6 faskes mikroskopis yanag ikut
PME 4 Triwulan dan dari 6 faskes mikroskopis belum ada satupun yang menghasilkan kualitas
ujisilang yang baik (0%). Untuk itu Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dituntut untuk membina,
mengawasi dan mengendalikan fasilitas pelayan kesehatan mikroskopis untuk mampu meningkatkan
hasil PME yang baik. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari dan menjelaskan determinan yang
mempengaruhi hasil PME dari laboratorium yang melaksanakan pemeriksaan Mikroskopis sedian
dahak diwilayah Kota Administrasi Jakarta Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah Cross
Secsional Study Yaitu variabel dependen dan independen diamati pada periode yang sama dan metode
yang digunakan adalah metode survey. Analisa data menggunakan uji chi-square dan regression
logistic. Dari 60 responden yang diuji ada pendidikan diploma yaitu 62%, pernah dilatih <2 tahun
yaitu 95%, memiliki 2 tenaga yaitu 100%, menganggarkan tiap tahun yaitu 96%, sarana dan prasarana
yang baik yaitu 79%. Determinan anggaran yang sangat berhubungan dengan pelaksanaan PME BTA
yaitu 96%. Artinya determinan anggaran yang mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan
pelaksanaan PME BTA dimana variabel ini memiliki p value kurang dari 0.05 dan memiliki OR
99.24. Kesimpulan dari hasil ini bahwa Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dapat memastikan
semua faskes menganggarkan tiap tahun walaupun sementara ini masih ada bantuan dari luar negeri
untuk pelaksanaan PME BTA.
Kata kunci : PME BTA, keterampilan, jumlah SDM, standar profesi, anggaran, sarana dan
prasarana.
determinants that influence the external quality monitoring of bacteria Acid resistant in the East
Jakarta
Aturut Yansen
Correspondence Address:
East Jakarta Health Office Tribal Office
Jalan Matraman Raya Number 218, Bali Mester, Jatinegara, East Jakarta. Jakarta, Indonesia.
Mobile Number 081285581992, Office Telephone (+ 62-21) 8192202, Faxsimili (+ 62-21) 8506319
Email: arthurut26@gmail.com
ABSTRACT
East Jakarta not all health facilities who conduct microscopic examination of BTA, according to data
in 2016 of a total of 61 health facilities that carried out microscopic examination of new BTA 13
Puskesmas,16 Hospitals (21%) who participated in the PME program. With the results of 6
microscopic health workers who participated PME 4 Quarterly and none of the 6 microscopic
facilities have produced good quality Cross test (0%). For this reason the East Jakarta Health Office
is required to foster, supervise and control microscopic health care facilities to be able to improve
Jurnal IKM Program Pascasarjana Universitas Respati Indonesia Tahun 2018
good PME results. The purpose of this study is to study and explain the determinants influencing PME
results from laboratories that carry out microscopic examination Sputum in East Jakarta City
Administration area. The research method used is Cross Secsional Study is a dependent and
independent variable observed in the same period and the method used is survey method. Data
analysis using chi-square and regression logistic test. Of the 60 respondents tested, there was
diploma education, 62%, had been trained <2 years that is 95%, has 2 personnel 100%, budgeting
every year which is 96%, facilities and infrastructure good is 79%. Budget determinants that are
closely related to the implementation of BTA PME that is 96%. This means that budget determinants
that have a very significant relationship with the implementation of BTA PME where this variable has
a p value of less than 0.05 and has an OR 99.24. The conclusion of this result is that the East Jakarta
Health Office can ensure all health facilities budget every year although in the meantime there is still
assistance from abroad for the implementation of BTA PME.
Keywords: BTA PME, skills, number of human resources, professional standards, budget, facilities
and infrastructure.
-
DETERMINANTS PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS LEMAH ABANG TAHUN 2018 1
Determinants of exclusive breastfeeding in infants at the Lemah Abang Community Health
Center working area 20181
Assyifa Fauziah2 Dr. Siti Masyitah3 Dr. Zarfiel Tafal4
Universitas Respati Indonesia, myhusyi1919@gmail.com
ABSTRAK
Air Susu Ibu (ASI) sudah terbukti dapat meningkatkan status kesehatan bayi sehingga 1,3
juta bayi dapat diselamatkan. Bayi yang tidak pernah mendapat ASI beresiko meninggal 21%
lebih tinggi dalam proses sesudah kelahiran dari pada bayi yang mendapat ASI. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Lemah Abang tahun 2018.
Penelitian deskriptif kuantitatif ini menggunakan desain cross-sectional. Dari seluruh ibu
yang memiliki bayi 6-24 bulan di daerah ini sebagai poplasi, 187 dipilih secara accidental
sebagai sampel. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner yang telah di uji validitas dan realibilitasnya. Data dianalisis dengan uji chi square
untuk hubungannya dan regresi berganda untuk mencari variabel dominan. Hasilnya, di
wilayah penelitian ini ditemukan 33,7% bayi mendapat ASI Eksklusif. Faktor predisposisi
yang berhubungan bermakna dengan pemberian ASI Eksklusif di daerah ini adalah
(p=0,018), pendidikan (p=0,015), dan pekerjaan (p=0,025). Faktor pemungkin yang
berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif adalah pendampingan suami (p=0,046).
Sedangkan faktor penguat yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif adalah
dukungan keluarga (p=0,040) dan nasihat tenaga kesehatan (p=0,043). Variabel yang paling
dominan berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif adalah nasihat tenaga kesehatan
(OR=2,654).
Kata kunci: ASI eksklusif, determinan
ABCTRACT
Breastfeeding has been proven to be able to improve the health status of infant.
Approximately 1,3 million infantshad been saved from mortality. Infants who were never
breastfed has 21% higher risk after birth than infant who were breastfed. This study was
aimed to explain factors associated with exclusive breastfeeding practice at the Lemah Abang
public health center in the year 2018. This is a quantitative descriptif study using cross
sectional design. Of the mothers having 6-24 months baby, 187 sample were taken
acciodentally. Data eres collected through interviews using a validity and reliability
pretested questionnaire. This study found that not so much mothers (33,7%) practiced
breastfeeding. Among predisposing factos related to exclusive breastfeeding are mother age
(p=0.018), education (p=0.015), and employment status (p=0.025). Enabling factor related
to exclusive breastfeeding are husband support (p=0.046). Within strengthening factor,
family support (p=0.040) and health worker advice (p=0.043) were related to Exclusive
breasfeedin. The most dominant variable relatedto exclusive breastfeeding is health worker
advice (OR=2,654)
Keywords: exclusif breastfeeding, determinants
-
Analisis Implementasi Kebijakan Universal Health Coverage Jaminan
Kesehatan Nasional Di Kabupaten Sukabumi
Asep Suherman, Budi Hartono, Tri Krianto
Universitas Respati Indonesia
Jalan Bambu Apus I No. 3 Cipayung Jakarta Timur (13890) telp : 021-8457627
Asep Suherman, e-mail: asuherman78@gmail.com
Thesis, September 2018
Abstrack
Sukabumi Regency is currently in a transition period towards the Universal Health
Service Coverage which is targeted to be completed in 2019. In implementing the policy
supporting this program, there are some obstacles in its implementation so that there are
still many people in Sukabumi Regency who have not been Health BPJS participants at
presents. The purpose of this study is to determine what possible factors causing some
of the population in Sukabumi Regency for not becoming Health BPJS participants.
This research is a qualitative research and is carried out by using a case study method.
The data sources in the study are primary data and secondary data with data collection
techniques using in-depth interview methods and observation. The data analysis was
carried out by reducing data, making data displays and drawing conclusions. Based on
an analysis of Universal Health Coverage's policy implementation, the local government
of Sukabumi Regency has had a strong commitment and has worked on the Universal
Health Coverage by creating a Circular No. Regent. 440 / 635-2018 to implement the
National Health Insurance program in Sukabumi Regency. The Identification of factors
that influence the participation of health BPJS are (1) the communication has not been
effective (2) the resources are not optimal (3) the attitude of policy implementers /
implementers consisting of Health Institution and Health BPJS staff in implementing
the policies has been accordance with their authorities, however there is still a sectoral
ego (4) the existence of a bureaucratic structure with the health service as a leading
sector is not optimal because there are several policy objectives that have not been fully
realized and (5) the lack of community participation in supporting the UHC program. If
all factors that can affect the implementation of Universal Health Coverage policy are
not immediately addressed, the Universal Health Coverage policy of National Health
Coverage in Sukabumi Regency will not be achieved by 2019.
Keywords: Implementation, Universal Health Coverage, Sukabumi Regency
Hak Cipta © 2018Universitas Respati Indonesia. Seluruh hak cipta.
-
DETERMINAN KEJADIAN DIFTERI DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU)
KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2018
Determinants of the Occurrence of Diphtheria in the Tangerang District General Hospital
Year 2018
Arvicha Fauziah1
Prof.Dr.Soekidjo Notoadmodjo, SKM., M.Comm2 Dr.Siti Masyitah3
Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia
Email: vichaeimut@yahoo.com
ABSTRAK
Difteri adalah penyakit pada saluran pernapasan bagian atas yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium Diphtheriae. Kasus difteri di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
meningkat kembali pada tanggal 01 Januari 2018 hingga 31 Maret 2018 sebanyak 44 kasus,
tahun sebelumnya tidak ditemukan kasus difteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memahami dan menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian difteri di
rumah sakit umum kabupaten tangerang tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif menggunakan desain case control. Semua sampel kasus diambil sebagai subjek
penelitian dan sampel kontrol menggunakan simple random sampling dengan cara undian
sehingga sampel kontrol 21 anak. Perbandingan 1:1 maka sebanyak 21 anak sehingga total
sampel 42 anak. Analisis univariat menggunakan persentase, bivariate menggunakan chisquare dan multivriat menggunakan regresi logistik ganda. Penelitian menunjukkan variabel
yang berhubungan signifikan dengan kejadian difteri adalah jenis kelamin, pendidikan orang
tua, pekerjaan orang tua dan imunisasi pentabio (PB)3. Variabel yang dominan terhadap
kejadian difteri adalah kelengkapan imunisasi pentabio (PB)3 setelah di kontrol variabel
umur, jenis kelamin, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua. Rumah Sakit Umum
Kabupaten untuk terus menggalakkan program pemerintah dalam imunisasi dasar. Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang meningkatkan pentingnya imunisasi dengan memberikan
informasi berupa frekuensi penyuluhan kepada masyarakat mengenai risiko penularan difteri
akibat pemberian imunisasi pentabio (PB)3 tidak lengkap untuk meningkatkan kesadaran dan
memotivasi orang tua untuk memberikan imunisasi pada anaknya.
Kata Kunci : difteri, tangerang
ABSTRACT
Diphtheria is a disease of the upper respiratory tract caused by the bacterium
Corynebacterium Diphtheriae. The case of diphtheria in Tangerang District General
Hospital increased again on January 1, 2018 to March 31, 2018 in 44 cases, the previous
year there were no cases of diphtheria. The research was to understand and explain the
factors associated with the incidence of diphtheria in Tangerang district general hospital in
2018. This research is a quantitative research using case control design. All case samples
were taken as research subjects and the control samples used simple random sampling by
lottery so control samples were 21 children. Comparison of 1: 1 then 21 children so that a
total sample of 42 children. Univariate analysis used percentages, bivariate using chi-square
and multivriate using multiple logistic regression. The variables that were significantly
associated with diphtheria were sex, parental education, parental work and immunization
pentabio (PB)3. The dominant variable on the incidence of diphtheria is the completeness of
immunization pentabio (PB)3 after being controlled for age, sex, parental education and
parental work. District General Hospital to continue to promote government programs in
basic immunization. Tangerang District Health Office increases the importance of
immunization by providing information in the form of frequency of counseling to the public
regarding the risk of diphtheria transmission due to incomplete immunization pentabio (PB)3
to increase awareness and motivate parents to provide immunization to their children.
Keywords: diphtheria, tangerang
-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA IBU BERSALIN
DI RB MELANIA PADEMANGAN JAKARTA UTARA TAHUN 2016-2017
Apriliana Pipin* Kusharisupeni** Luknis Sabri***
*Mahasiswa Pascasarjana Kesehatan Masyarakat, Universitas Respati Indonesia
**Dosen Pascasarjana Kesehatan Masyarakat, Universitas Respati Indonesia,Universitas Indonesia
*** Dosen Pascasarjana Kesehatan Masyarakat, Universitas Respati Indonesia, Universitas Indonesia
aprilianapipin23@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang : Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (Nugroho, 2012).
Menurut data WHO (World Health Organization) pada tahun 2012 jumlah kasus preeklampsia
terdapat 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan semakin tinggi pada tahun 2025 dengan jumlah
1,15 miliar kasus atau sekitar 29% dari total penduduk dunia. Secara global 80% kematian ibu hamil
yang tergolong dalam penyebab kematian ibu secara langsung, yaitu disebabkan karena terjadi
perdarahan, (25%) biasanya perdarahan pascapersalinan, preeklampsia pada ibu hamil (12%),
partus macet (8%), aborsi (13%), dan karena sebab lain (7%) (WHO, 2012).
Metode : Desain penelitian menggunakan pendekatan analitik kuantitatif dengan rancangan kasus
kontrol, jumlah sampel 216 responden dengan 72 kasus (mengalami preeklampsia) dan 214 kontrol
(tidak mengalami preeklampsia), analisis menggunakan univariat, bivariat dengan chi square, dan
multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda.
Hasil : Variabel yang berpengaruh dengan kejadian preeklampsia yaitu, umur (p value = 0,035 ; OR
= 2,449), kunjungan ANC (p value = 0,034 ; OR = 2,219), riwayat hipertensi (p value = 0,000 ; OR =
5,222). Sedangkan variabel confounding adalah pekerjaan, jarak kehamilan, paritas dan riwayat
preeklampsia pada kehamilan sebelumnya,variabel dominan adalah riwayat hipertensi (OR) 5,222.
Diskusi : Perlunya upaya promotif dan preventif misalnya memberikan informasi terkait faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kejadian preeklampsia pada ibu hamil dan ibu bersalin melalui pemberian
leaflet atau poster di setiap fasilitas pelayanan kesehatan.
Kata kunci : Preeklampsia, Riwayat Hipertensi, Umur Ibu bersalin, Kunjungan ANC
FACTORS AFFECTING THE PREECLAMPSIA EVENTS IN THE MOTHER MOTHERS IN
RB MELANIA PADEMANGAN NORTH JAKARTA
2016-2017
Apriliana Pipin* Kusharisupeni** Luknis Sabri***
* Students of Public Health Postgraduate Program, Respati Indonesia University
** Postgraduate Public Health Lecturer, Respati Indonesia University, Indonesia University
*** Postgraduate Public Health Lecturer, Respati Indonesia University, Indonesia University
aprilianapipin23@gmail.com
ABSTRACT
Background:. Preeclampsia is a disease characterized by blood pressure ≥ 140/90 mmHg after 20
weeks' gestation, accompanied by proteinuria ≥ 300 mg / 24 hours (Nugroho, 2012). According to
WHO (World Health Organization) data in 2012 the number of cases of preeclampsia was 839 million
cases. This case is estimated to be even higher by 2025 with 1.15 billion cases or about 29% of the
total world population. Globally 80% of maternal deaths are classified as direct causes of maternal
death, which is caused by bleeding, (25%) usually postpartum hemorrhage, preeclampsia in pregnant
women (12%), congestion (8%), abortion (13% ), and for other reasons (7%) (WHO, 2012). Methods:
The study design used a quantitative analytical approach with case control design, the number of
samples was 216 respondents with 72 cases (having preeclampsia) and 214 controls (normal
pragnancy), analysis using univariate, bivariate with chi square, and multivariate using multiple
logistic regression test.
Results: Variables that influence the incidence of preeclampsia are age (p value = 0.035; OR =
2.449), Antenatal care visit (p value = 0.034; OR = 2.219), history of hypertension (p value = 0,000;
OR = 5,222), while the variables confounding are work, pregnancy distance, parity and historyof
preeclampsia in previous pregnancies. The most dominant variable is a history of hypertension with
OR (5,222).
Discussion: The need for promotive and preventive efforts such as providing information related to
factors that can affect the incidence of preeclampsia in pregnant women and women giving birth
through leaflets or posters in each health care facility.
Keywords : Preeclampsia, history of hypertension, Age of the mother, Antenatal care visit
-
Pengaruh Pemberian Anti Difteri Serum (ADS) Terhadap Penurunan Derajat Keparahan
Difteri di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Tahun 2014-2017
Anita PD Nugroho1
, Cicilia Windiyaningsih2
, Zainal Abidin3
ABSTRAK
Latar Belakang: Insiden dan mortalitas difteri di Indonesia terus meningkat dari tahun 2014-
2017, di RSPI SS peningkatan kasus rawat difteri terus terjadi. ADS sangat penting untuk
menurunkan derajat keparahan difteri. Tujuan penelitian untuk membuktikan pengaruh ADS
terhadap penurunan derajat keparahan pada pasien difteri di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Tahun
2014-2017. Metode: Analitik observasional, desain kasus kontrol. Sampel kasus 86 orang, kontrol
86 orang, variabel dependen yaitu penurunan derajat keparahan, variabel independen yaitu
pemberian ADS, dosis ADS, waktu pemberian ADS, antibiotik, kortikosteroid, usia, jenis kelamin,
tempat tinggal, status imunisasi, pseudomembran, bullneck, miokarditis, dan hasil kultur. Hasil:
variabel yang berhubungan dengan penurunan derajat keparahan penderita difteri adalah pemberian
ADS (OR=4.063; 95%CI:1.354-12.195, p=0.012), pemberian kortikosteroid (OR=3.653, 95%CI
1.568-8.513,p=0.003) dan kultur (OR=0.170; 95%CI: 0.054-0.547), miokarditis merupakan variabel
konfonding (OR=1.690; 95%CI: 0.565-5.052,p=0.348). Kesimpulan dan saran: Pemberian ADS
terbukti berpengaruh terhadap penurunan derajat keparahan difteri. Disarankan penyediaan ADS
yang merata dan cukup di seluruh fasyankes.
Kata Kunci : Derajat Keparahan, ADS
The Effect of Diphtheria AntiToxin (DAT) to Decrease Degrees of Diphtheria Severity at
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso 2014-2017
Anita PD Nugroho1
, Cicilia Windiyaningsih2
, Zainal Abidin3
ABSTRACT
Background The incidence and the death rate of diphtheria in Indonesia continues to increase from
2014 to 2017, as well as at RSPI SS an increase in cases of diphtheria continues occured. DAT is
very important to reduce the severity of diphtheria. The aim of the study was to prove the effect of
DAT and other factors to decrease the severity of diphtheria patients at RSPI Prof. Dr. Sulianti
Saroso 2014-2017. Method: Observational analytics, case control design. Samples of cases were 86
people, controls 86 people, the dependent variable was a decrease in severity, independent variables
were DAT treatment, DAT dose, DAT time, antibiotics, corticosteroids, age, sex, residence,
immunization status, pseudomembran, bullneck, myocarditis, and culture. Results variables that
were significantly associated with a decrease in the severity of diphtheria patients were DAT
treatment (OR=4.063; 95%CI:1.354-12.195;p=0.012); corticosteroids (OR=3.653, 95%CI: 1.568-
8.513;p=0.003) and culture (OR=0.170; 95%CI: 0.054-0.547;p=0.170), myocarditis was a
confounding variable (OR=1,690,95%; CI: 0,565-5,052;p=0,348). Conclusions and suggestion
DAT treatment has been shown to affect the severity of diphtheria contibuted 7,6%. Four factors
that were significantly associated with a decrease in the severity of diphtheria were contributed
26,3%. Suggestion DAT and confirmation laboratory diagnossed must be available in primary
health care and hospital.
Keywords: severity of diphtheria, DAT
-
Determinants of pathological vaginal discharge practices in adolescent girls of SMK Country 51 East Jakarta
Anira Sukmah S.P1
, Sutanto Priyo Hastono2
, Zarfiel Tafal3
123Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, Universitas Respati Indonesia
anirasukmah23@gmail.com
Abstarct
Estimated by Globocan International Agency For Research in Cancer of 2012, the cervical cancer index reached 17 per
100,000 women (Susilowati, 2016). From the preliminary study conducted in one State Vocational School in East
Jakarta 7 out of 10 female students did not know how to prevent pathological leucorrhoea. The purpose of the study was
to explain and identify the determinants of pathological leucorrhoea prevention measures. Quantitative research with
cross sectional design, univariate data, bivariate with square test and multivariate using multiple logistic regression test.
This study found variables of knowledge, age, attitude, parental education, parental work, residence, private room,
parental advice, sibling support, the effect of mass media exposure was significantly related to pathological vaginal
discharge prevention. The most dominant variable is parental education with value (0R = 9,574)
Keywords: leucorrhoea prevention measures, young women
DETERMINAN PRAKTIK TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA REMAJA
PUTRI SMK NEGERI 51 JAKARTA TIMUR
Abstrak
Globocan Internasional Agency For Research on cancer tahun 2012, indeks kanker serviks mencapai 17 per
100.000 perempuan (Susilowati, 2016). Dari studi pendahuluan yang dilakukan di satu SMK Negeri di jakarta timur 7
dari 10 siswi tidak mengetahui cara melakukan pencegahan keputihan patologis. Tujuan penelitian untuk menjelaskan
dan mengidentifikasi determinan tindakan pencegahan keputihan patologis. Penelitian kuantitatif dengan rancangan
cros sectional, data univariat, bivariat dengan uji square dan multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda.
Penelitian ini menemukan variabel pengetahuan, usia, sikap, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, tempat tinggal,
kamar pribadi, nasehat orangtua, dukungan saudara kandung, pengaruh paparan media massa berhubungan signifikan
dengan tindakan pencegahan keputihan patologis. Variabel yang paling dominan adalah pendidikan orang tua dengan
nilai (0R= 9,574)
Kata kunci: tindakan pencegahan keputihan, remaja putri
-
PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI INDONESIA
ANALISIS SDKI 2012
Amelina
Program Pascasarjana, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Respati Indonesia
Jl. Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur 13890
amelinaane93@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian WHO dibeberapa Negara berkembang menunjukkan sekitar 40% remaja umur 18
tahun telah melakukan hubungan seks meskipun tanpa ikatan pernikahan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di
Indonesia tahun 2012. menggunakan desain studi cross-sectiona dengan bersumber data SDKI
2012. Sampel berjumlah 19.344 yang memenuhi kriteria inklusi yaitu remaja laki-laki dan
perempuan usia 15-24 tahun Belum pernah menikah. Hasil penelitian menunjukan variable umur,
jenis kelamin, tempat tinggal, pendidikan, akses media informasi, sikap terhadap perilaku seksual
dan pengaruh teman sebaya. Faktor dominan yang berhubungan perilaku seksual beresiko pada
penelitian ini adalah jenis kelamin (P =0,000, OR (6,681)
Kata Kunci : Perilaku seksual pranikah, jenis kelamin
ABSTRACT
WHO research in developing countries shows that around 40% of teenagers aged 18 years have
had sex even though they are not married. This study aims to determine the factors associated with
premarital sexual behavior in adolescents in Indonesia in 2012. using cross-sectiona study design
sourced from the 2012 IDHS data. Samples totaling 19,344 who met the inclusion criteria were
male and female adolescents aged 15- 24 years Never married. The results showed the variables
of age, sex, place of residence, education, access to information media, attitudes toward sexual
behavior and peer influence. The dominant factor related to risky sexual behavior in this study
was gender (P = 0,000, OR (6,681)
Keywords: premarital sexual behavior, sex
-
Determinan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2018
Aksan Suandi
Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Respati Indonesia
Email : nurseaksansuandi@yahoo.com
ABSTRAK
Profil Kesehatan Kabupaten Bogor 2016, hipertensi masih berada pada urutan kedelapan pola
penyakit terbanyak di Puskesmas pada usia 15-44 %) dan urutan kedua pada umur 45-75 tahun. Tujuan
penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menjelaskan determinan kejadian hipertensi di Kabupaten
Bogor Tahun 2018.
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini
sebanyak 387 orang dengan sampel adalah pasien ≥ 18 tahun yang berjumlah 194 orang. Tehnik
pengambilan sampel dengan cara accidental sampel
Analisis multivariat didapatkan variabel yang berhubungan adalah obesitas (p. value = 0,027, OR =
2,112), tingkat stress (p. value = 0,041, OR = 1,975), tingkat pendidikan (p. value = 0,003, OR = 3,456)
dan aktifitas fisik (p. value = 0,053, OR = 2,344), sedangkan variabel perilaku merokok, usia, jenis
kelamin, status pekerjaan, konsumsi makanan tinggi NaCl, konsumsi buah dan konsumsi sayuran tidak
memiliki hubungan yang signifikan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih
tentang PTM utamanya dalam lingkup penyakit kardivaskuler dan lebih khusus pada penyakit hipertensi.
Kata kunci : Determinan hipertensi. Daftar pustaka : 29 ( 2009-2016)
ABSTRACT
Bogor Regency Health Profile 2016, hypertension is still in the eighth order of the most disease patterns
in Puskesmas at the age of 15-44 years and the second order is at the age of 45-75 years. The purpose of
this study was to determine and explain the determinants of hypertension events in Bogor Regency in
2018.
This type of research is analytic survey with cross sectional design. The population in this study were 387
people with a sample of ≥ 18 years old patients totaling 194 people. Sampling technique by accidental
sampling.
Multivariate analysis found that the related variables were obesity (p. value = 0.027, OR = 2.112), stress
level (p. value = 0.041, OR = 1.975), education level (p. value = 0.003, OR = 3.456) and physical activity
(p. value = 0,053, OR = 2,344), while the variables of smoking behavior, age, sex, work status, high Nacl
food consumption, fruit consumption and vegetable consumption did not have a significant relationship.
This research is expected to provide more knowledge about non-communicable diseases in the scope of
cardiovascular disease and more specifically in hypertension.
Keywords: Hypertension determinants. Bibliography: 29 (2009-2016)
-
PENGARUH KENAIKAN IURAN BPJS DAN KUALITAS PELAYANAN BPJS
TERHADAP KEPUASAN PASIEN PESERTA BPJS MANDIRI
DI KELURAHAN TUGU SELATAN JAKARTA UTARA TAHUN 2018
THE EFFECT OF INCREASING BPJS FILLING AND QUALITY OF BPJS
SERVICES ON THE SATISFACTION OF MANDIRI BPJS PARTICIPANTS
IN KELURAHAN TUGU SELATAN JAKARTA UTARA 2018
Abdul Harris Keliat, Ignatius A. Wirawan Nugrohoadi², Budi Hartono³
¹Mahasiswa Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia
²Dosen Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia
³Dosen Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia
harriskeliat@gmail.com
ABSTRAK
Kesehatan adalah salah satu hak dasar hidup yang sudah semestinya dipenuhi, negara
harus menjamin akses kesehatan semua rakyatnya tanpa kecuali. Kesehatan yang
menjadi salah satu faktor penting dalam perkembangan bangsa, menjadi perhatian serius
dari pemerintah dan masyarakat. Dari tahun ke tahun berbagai program dan kebijakan
untuk meningkatkan taraf kesehatan dan kesejahteraan dalam rangka meningkatkan
daya saing bangsa di tingkat dunia terus dilaksanakan pemerintah demi mengejar
ketertinggalan dari masyarakat dunia pada umumnya. Berbagai program dan kebijakan
tersebut antara lain adalah BPJS (badan penyelenggara jaminan sosial) dengan prinsip
asuransi kesehatan. Namun, pada Peraturan Presiden nomor 19 tahun 2016 tentang
jaminan kesehatan tertuang pada tanggal 1 April 2016 iuran BPJS akan mengalami
kenaikan. Dengan adanya kenaikan iuran BPJS ini banyak masyarakat di Kelurahan
Tugu Selatan, Jakarta Utara mengeluh keberatan khususnya pasien peserta BPJS
mandiri dan hal ini dapat mempengaruhi kepuasan peserta BPJS khususnya pasien
peserta BPJS mandiri untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul pengaruh kenaikan iuran BPJS dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap
kepuasan pasien peserta BPJS mandiri di kelurahan Tugu Selatan, Jakarta Utara 2018.
Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif kuantitatif yaitu dengan pendekatan
cross sectional, karena dalam rangka mencari hubungan sebab akibat yang dilakukan
analisis structural equational model (SEM). Hasilnya adalah Kenaikan iuran BPJS
berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pasien Peserta BPJS, Kualitas Pelayanan BPJS
berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pasien Peserta BPJS, Kenaikan Iuran BPJS
berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pasien Peserta BPJS. Kesimpulan dari
penelitian ini bahwa penelitian ini menunjukan adanya pengaruh secara simultan antara
kenaikan iuran BPJS dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap kepuasan pasien peserta
BPJS Mandiri di kelurahan Tugu Selatan, Jakarta Utara tahun 2018. Saran untuk
penelitian berikutnya untuk memperdalam lagi tentang BPJS (badan penyelenggara
jaminan sosial) dengan menggunakan metode penelitian SEM (Structural Equation
Modeling).
Kata Kunci: Kenaikan iuran BPJS, Kualitas Pelayanan BPJS, Kepuasan Pasien
Peserta BPJS
ABSTRACT
Health is one of the basic rights of life that should be fulfilled, the state must ensure
access to health of all its people without exception. Health, which is an important factor
in the development of the nation, is a serious concern from the government and society.
From year to year various programs and policies to improve the level of health and
welfare in order to improve the competitiveness of the nation at the world level continue
to be carried out by the government in order to catch up with the world community in
general. Various programs and policies include BPJS (the social security organizer)
with the principle of health insurance. However, in Presidential Regulation number 19
of 2016 concerning health insurance stated on April 1, 2016 BPJS contributions will
increase. With the increase in BPJS contributions, many people in Tugu Selatan
Village, North Jakarta complained about objections, especially patients with
independent BPJS participants and this could affect the satisfaction of BPJS
participants, especially patients of independent BPJS participants for which
researchers were interested in conducting research entitled the influence of BPJS
contributions and quality health services for patient satisfaction of independent BPJS
participants in Tugu Selatan village, North Jakarta 2018.
This research is a quantitative descriptive study that is a cross sectional approach,
because in order to find a causal relationship conducted by analysis of structural
equational models (SEM). The result is an increase in BPJS contribution positive effect
on BPJS Participant Patient Satisfaction, BPJS Service Quality has a positive effect on
the Satisfaction of BPJS Participant Patients, the increase in BPJS Contribution has a
positive effect on BPJS Participant Patient Satisfaction. The conclusion of this study
that this study shows the simultaneous influence between BPJS contribution increase
and health service quality on patient satisfaction of BPJS Mandiri participants in Tugu
Selatan village, North Jakarta in 2018. Suggestions for subsequent research are to
deepen BPJS (social security organizing body) using the SEM (Structural Equation
Modeling) research method.
Keywords: Increase BPJS contribution, BPJS Service Quality, Patient Satisfaction
BPJS participants
-
ANALISIS SISTEM PENILAIAN KINERJA PEGAWAI
DI BIRO KEPEGAWAIAN KEMENTERIAN KESEHATAN
Aang Abu Azhar1, Ignatius A. Wirawan Nugrohoadi2, Budi Hartono3
1Mahasiswa Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia
2Dosen Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia
3Dosen Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia
aangabu@gmail.com
ABSTRAK
Biro Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan urusan kepegawaian di lingkungan Kementerian Kesehatan, salah satu fungsinya adalah menyelenggarakan pengelolaan penilaian kinerja pegawai. Di Biro Kepegawaian belum pernah dilakukan analisis mengenai sistem penilaian kinerja pegawai sehingga belum diketahui bagaimana penilaian kinerja pegawai yang efektif, obyektif dan akuntabel. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran sistem penilaian kinerja pegawai di Biro Kepegawaian Kementerian Kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan melakukan wawancara dan penelusuran dokumen. Analisis data dengan menggunakan analisis isi. Kerangka konsep dikembangkan dari teori Azwar A (1996) dan dipadukan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2011. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sistem penilaian kinerja pegawai di Biro Kepegawaian berdasarkan unsur Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan Perilaku Kerja. Indikator SKP diukur dari aspek kuantitas, kualitas, waktu dan biaya, sedangkan indikator perilaku kerja diukur dari aspek orientasi pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerjasama dan kepemimpinan. Penilaian kinerja pegawai belum efektif, obyektif dan akuntabel, sehingga perlu dilakukan revisi pedoman, membentuk tim penilai, membuat kebijakan dan penataan pegawai. Manfaat dari hasil penilaian kinerja pegawai dijadikan dasar sebagai evaluasi perbaikan kinerja, syarat administrasi kepegawaian, pertimbangan pimpinan termasuk promosi, pengembangan karir dan pembayaran tunjangan kinerja.
Kata kunci : Analisis Sistem Penilaian Kinerja, Sistem Penilaian Kinerja, Kinerja Pegawai, Pegawai Negeri Sipil, PNS.
PENDAHULUAN
Penilaian kinerja pegawai di lingkungan instansi pemerintah sering disebut sebagai penilaian prestasi kerja PNS yang bertujuan untuk menjamin obyektivitas pembinaan PNS yang dilakukan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karir. Penilaian prestasi kerja PNS merupakan suatu proses penilaian secara sistematis yang dilakukan oleh pejabat penilai terhadap Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan Perilaku Kerja PNS. Penilaian prestasi kerja PNS secara sistemik penekanannya pada pengukuran tingkat capaian SKP yang telah direncanakan dan disepakati antara Pejabat Penilai dengan PNS yang dinilai sebagai kontrak prestasi kerja, sedangkan secara strategis diarahkan sebagai pengendalian perilaku kerja produktif yang disyaratkan untuk mencapai hasil kerja yang disepakati dan bukan penilaian atas kepribadian seorang PNS.
Kementerian Kesehatan telah menerapkan penilaian kinerja pegawai sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 96 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Sasaran Kerja Pegawai di lingkungan Kementerian Kesehatan yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 dan Peraturan Kepala BKN Nomor 1 Tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Penilaian kinerja tersebut dilakukan setiap akhir Desember pada tahun yang bersangkutan dan paling lama akhir Januari tahun berikutnya. Penilaian kinerja pegawai dilaksanakan untuk mengevaluasi kinerja individu PNS yang dapat memberikan petunjuk bagi manajemen dalam rangka mengevaluasi kinerja unit, meningkatkan produktivitas, tanggung jawab dan motivasi pegawai serta menghindari pilih kasih. Hasil penilaian kinerja pegawai dimanfaatkan sebagai dasar untuk menetapkan pengembangan karir atau promosi, pengambilan keputusan pimpinan, menentukan pembayaran tunjangan kinerja dan pembinaan pegawai.
Dari pengamatan awal yang telah dilakukan oleh peneliti di Biro Kepegawaian, masih ditemukan kelemahan pada pelaksanaan penilaian kinerja pegawai, sehingga hasil penilaian tersebut belum menggambarkan kinerja pegawai sesungguhnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sistem penilaian kinerja pegawai di Biro Kepegawaian Kementerian Kesehatan.
METODE PENELITIAN
Desain dan Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif dengan pendekatan kualitatif, peneliti melakukan diskusi dan wawancara mendalam dengan informan yang berwenang dan kompeten untuk mengetahui gambaran tentang pelaksanaan penilaian kinerja pegawai di Biro Kepegawaian.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Biro Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan. Persiapan penelitian dan proposal diajukan pada bulan Mei 2016. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Mei-Juli 2018. Lokasi ini dipilih secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa peneliti merupakan pegawai dari Biro Kepegawaian.
Setting Penelitian
Peneliti melakukan pengamatan awal untuk memahami situasi, mempelajari keadaan dan latar subjek penelitian pada lokasi penelitian. Pemilihan subjek penelitian di Biro Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan yang merupakan acuan bagi unit organisasi di Kementerian Kesehatan terkait pelaksanaan penilaian kinerja pegawai.
Di dalam proses masuknya peneliti ke dalam setting sosial dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi atau melakukan pengamatan lapangan awal, ini dilakukan hanya sebatas melihat permasalahan secara umum dan meluas pada latar penelitian ini, sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian secara resmi kepada Kepala Biro Kepegawaian, kemudian peneliti melakukan proses wawancara mendalam terhadap para expert yang hasil dari wawancara tersebut didapatkan data dan foto yang telah disahkan oleh para expert sebagai bukti pelaksanaan hasil wawancara.
Kehadiran peneliti bertujuan untuk menciptakan hubungan “rapport” yang baik dengan subjek penelitian, disini peneliti secara terbuka atau terang-terangan bertindak melalui pengamatan partisipatif, yakni pengamatan dimana peneliti terlibat langsung dalam kegiatan subjek.
Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya, akan tetapi akan mencoba memberikan pemahaman tentang pentingnya kualitas pelayanan dalam rangka memberikan kepuasan terhadap pelanggan. Subjek penelitian ini diantaranya memilih dan menetukan siapa-siapa yang akan dijadikan narasumber yang dapat menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi dan data akurat dan kridibel, sehingga dapat mendukung hasil penelitian yang berkualitas. Informan penelitian terdiri dari tujuh orang pejabat struktural yaitu Kepala Biro Kepegawaian, Kepala Bagian Pengadaan Pegawai, Kepala Bagian Mutasi dan Penilaian Kinerja Pegawai, Kepala Subbagian Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil, Kepala Subbagian Pengangkatan Pegawai dengan Penugasan Khusus, Kepala Subbagian Kenaikan Pangkat, dan Kepala Subbagian Penghargaan dan dua orang pejabat pelaksana yaitu Analis Kepegawaian dan Pranata Komputer.
Instrumen Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama yang terjun ke lapangan langsung dalam mengumpulkan data di lapangan. Sebagai instrumen penelitan, peneliti menggunakan pedoman wawancara mendalam, FGD dan pengamatan sebagai alat bantu dalam pengambilan data di lapangan. Pedoman pengamatan bisa juga dengan menggunakan peralatan yaitu perekam suara dan kamera foto, namun tetaplah peneliti sebagai instrumen utama yang dapat menangkap dan memahami makna yang dibangun oleh partisipan terkait dengan fokus penelitian.
Cara dan Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan metode wawancara mendalam yang dilakukan dengan merekam dan mencatat secara lengkap dan akurat cerita sesuai dengan kata-kata asli. Pengumpulan data dilakukan dengan seijin dari Kepala Biro Kepegawaian. Data sekunder berupa pedoman atau format penilaian, prosedur penilaian dan daftar hasil penilaian prestasi kerja pegawai Biro Kepegawaian Tahun 2017. Data primer berupa hasil wawancara mendalam kepada sumber data atau informan yang terkait.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitan ini dengan menggunakan analisis isi, yaitu melihat hasil penelitian yang dilaksanakan dari aspek kecukupan dan kesesuaian kemudian dibandingkan dengan kerangka teori yang ada pada tinjauan pustaka (Burham, 2003). Pengolahan dan analisis data penelitian dilakukan melalui beberapa langkah seperti Pembuatan transkip, Pengembangan catatan lapangan, Pengkodean, dan Peringkasan data.
Teknik Menjamin Keabsahan Data
Penelitian kualitatif sebagai salah satu metode penelitian memiliki standarisasi tersendiri dalam menentukan tingkat kepercayaan sebuah data yang ditemukan di lapangan. Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan validitas internal (credibility) pada aspek nilai kebenaran, pada penerapannya ditinjau dari validitas eksternal (transferability), dan realibilitas (dependability) pada aspek konsistensi, serta obyektivitas (confirmability) pada aspek naturalis (Sugiyono, 2014). Pada penelitian kualitatif, tingkat keabsahan lebih ditekankan pada data yang diperoleh. Uji kredibilitas dengan melakukan triangulasi. Menurut Wiliam Wiersma (dalam Sugiyono, 2012), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sendiri, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi ada berbagai macam cara yaitu triangulasi sumber, teori dan metode.
Kerangka Konsep
Sumber: Azwar A (1996) dan PP Nomor 46 Tahun 2011
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Biro Kepegawaian
Biro Kepegawaian merupakan salah satu Satuan Kerja di lingkungan instansi pemerintah Kementerian Kesehatan di bawah pembinaan Sekretariat Jenderal yang berlokasi di Gedung Prof. Sujudi lantai 8, dengan alamat di Jalan H.R. Rasuna Said Blok X.5 Kavling 4-9 Kota Jakarta Selatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Biro Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan kepegawaian di lingkungan Kementerian Kesehatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun fungsinya adalah menyenggarakan pengelolaan urusan pengadaan pegawai, urusan mutasi dan penilaian kinerja pegawai, urusan pengembangan pegawai, urusan disiplin dan kesejahteraan pegawai dan pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga biro. Keadaan pegawai di lingkungan Biro Kepegawaian pertanggal 31 Desember 2017 berjumlah 148 orang PNS.
Pedoman atau atau Format Penilaian Kinerja Pegawai
Biro Kepegawaian telah melaksanakan penilaian kinerja pegawai sejak tahun 2015 dengan menggunakan pedoman atau format penilaian kinerja terhadap dua unsur, yaitu unsur Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan Perilaku Kerja yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 96 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa penilaian kinerja terdiri dari SKP dan perilaku kerja. Menurut teori yang dikemukan oleh Veithzal Rivai (2009) bahwa penilaian kinerja mengukur hasil pekerjaan dan perilaku, SKP penekanannya pada hasil kerja atau mengukur hasil pekerjaan pegawai. Sedangkan perilaku kerja penekanannya pada tingkah laku pegawai.
Kepala Biro Kepegawaian telah membuat kebijakan terkait dengan penilaian perilaku dengan menggunakan metode 360 derajat. Kebijakan tersebut masih tersirat, belum tersurat dan pada pelaksanaannya dibutuhkan komitmen yang kuat dari semua pegawai. Pedoman atau format penilaian kinerja pegawai di Biro Kepegawaian sudah mencakup semua aspek, namun pada pelaksanaannya masih ditemukan kekurangan, sehingga beberapa aspek perlu direvisi, sehingga penilaian tersebut tidak bias dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sumber Daya Manusia Penilaian Kinerja Pegawai
Penerapan sumber daya manusia di Biro Kepegawaian sudah maksimal sesuai dengan kebutuhan organisasi, sebagian besar penempatan pegawai sudah sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki. Namun masih ada beberapa pegawai yang belum sesuai penempatannya sehingga pekerjaan yang dikerjakan tidak sesuai dengan kualifikasi, jabatan dan kompetensinya, meskipun pada akhirnya pekerjaan dapat tercapai sesuai target, namun tetap saja ini akan menghambat atau mengurangi kualitas yang diharapkan.
SDM penilai kinerja pegawai di Biro Kepegawaian untuk menilai unsur SKP adalah atasan langsung, sedangkan untuk menilai perilaku kerja dilakukan dengan menggunakan metode penilaian 360 derajat, dimana perilaku dinilai oleh atasan langsung, rekan kerja dan bawahan. Hasil akhir penilaian yang telah dilakukan oleh atasan langsung maupun dengan metode 360 derajat, dilakukan uji kembali atau kalibrasi oleh para Kepala Bagian yang dipimpin oleh Kepala Biro Kepegawaian. SDM penilai kinerja pegawai di Biro Kepegawaian sudah sejalan dengan teori dan sudah cukup lengkap, namun keadaan dilapangan menyatakan bahwa nilai tersebut dikalibrasi, itu menandakan bahwa penilaian tersebut belum obyektif. Untuk menjamin obyektifitas hasil penilaian, perlu dibuatkan standar penilaian yang baku dan pembentukan tim penilaian kinerja pegawai yang bertugas mengkoordinir, melakukan verifikasi dan kalibrasi untuk menjamin obyektifitas penilaian dan meminimalisir bias.
Indikator Penilaian Kinerja Pegawai
Indikator penilaian kinerja pegawai di Biro Kepegawaian terdapat pada dua unsur, yaitu SKP dan Perilaku. Unsur SKP indikator yang diukur dilihat dari capaian kinerja dari aspek kuantitas, kualitas, waktu dan biaya. Sedangkan unsur Perilaku indikator yang diukur melalui pengamatan dari aspek orientasi pelayanan, integritas, komintmen, disiplin, kerjasama dan kepemimpinan.
Aspek-aspek penilaian kinerja sudah cukup, namun perlu adanya penjelasan detail terkait aspek-aspek tersebut, sehingga indikator penilaian kinerja lebih jelas dan sesuai dengan prinsip pada peraturan tersebut yang mengatakan bahwa penilaian kinerja pegawai berdasarkan prinsip objektif, terukur, akutabel, partisipatif dan transparan.
Metode Penilaian Kinerja Pegawai
Metode penilaian kinerja pegawai di Biro Kepegawaian yang digunakan untuk mengukur capaian kinerja dalam unsur SKP adalah Past based methods dimana penilaian kinerja pegawai diukur berdasarkan pekerjaan yang telah dilakukan. Sedangkan unsur perilaku kerja menggunakan metode penilaian 360 derajat, nilai total perilaku kerja menggunakan metode perbandingan berpasangan dimana perilaku kerja setiap individu dibandingkan dengan individu lainnya dan ditentukan mana yang lebih baik. Kemudian hasil akhir penilaian dilakukan dengan cara menggabungkan nilai SKP bobot 60% dan perilaku kerja dengan bobot 40%, nilai akhir tersebut ditotal kemudian digunakan metode “Skala Rating Grafik” yang mengkategorikan 5 (lima) hasil penilaian, yaitu hasil penilaian dengan sebutan Sangat Baik skala nilai 91-100, Baik skala nilai 76-90, Cukup skala nilai 61-75, Kurang skala nilai 51-60, dan Buruk skala nilai dibawah 50.
Diperlukan perbaikan kembali terkait dengan range penilaian, terutama untuk nilai dengan kategori baik, sehingga dapat membedakan nilai baik antar pegawai.
Perencanaan Penilaian Kinerja Pegawai
Periode perencanaan penilaian kinerja pegawai masih dilakukan satu tahun sekali, dimana perencanaan kinerja dilakukan pada awal tahun dan penilaian dilakukan pada akhir tahun yaitu bulan desember dan paling lambat sampai dengan bulan januari tahun berikutnya. Pola perencanaan seperti ini menyebabkan adanya keterlambatan baik periode perencanaan maupun periode penilaian, sehingga ketepatan saat merekap pekerjaan dan memberikan penilaian di akhir tahun agak sulit dilakukan.
Diketahui bahwa sudah ada tools untuk membantu penilaian kinerja pegawai khususnya terkait dengan hasil capaian kinerja harian yang dapat dilaporkan melalui aplikasi SIPEKA, namun aplikasi ini belum banyak digunakan oleh pegawai, padahal jika dipergunakan hasil capaian kinerja pegawai dapat dimonitor sehingga atasan bisa memberikan peringatan kepada pegawai jika tidak mencapai target sehingga pegawai tersebut bisa memperbaiki kinerja serta kedisiplinannya. Periode penilaian sebaiknya dilakukan minimal setiap 3 bulan sekali atau lebih baik lagi setiap bulan, sehingga kinerja dan perilaku pegawai dapat dimonitor dan atasan dapat memberikan feedback langsung terkait kinerja bawahannya tersebut.
Pengorganisasian Penilaian Kinerja Pegawai
Organisasi terstruktur yang menangani penilaian kinerja pegawai, yaitu Subbagian Penilaian Kinerja Pegawai dan Dukungan Informasi Kepegawaian sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015. Organisasi tersebut harus tetap ada, fungsinya membuat pedoman terkait dengan penilaian kinerja di lingkungan Biro Kepegawaian maupun Kementerian Kesehatan, melakukan evaluasi terkait dengan pelaksanaan penilaian kinerja pegawai, dan memastikan sistem penilaian kinerja telah berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
Penyusunan SKP dilakukan pada awal tahun dengan menggunakan bantuan aplikasi dimana SKP memuat kegiatan tugas jabatan dan target yang harus dicapai dalam kurun waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur. Setiap kegiatan tugas jabatan yang akan dilakukan berdasarkan pada tugas dan fungsi, beban kerja, rencana kerja tahunan yang telah ditetapkan oleh instansi. Target yang akan dicapai dituangkan kedalam aspek kuantitas, kualitas, waktu dan biaya. SKP yang telah disusun disetujui dan ditetapkan oleh atasan langsung atau Pejabat Penilai sebagai kontrak kerja yang akan dilaksanakan pada tahun tersebut.
Penilaian kinerja aspek kuantitas dengan membandingkan antara target jumlah pekerjaan yang akan dicapai dalam satu tahun dengan jumlah pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai dengan bukti pekerjaan, namun dalam hal penyampaian bukti capaian kegiatan masih sulit dilakukan karena dilakukan hanya satu tahun sekali, padahal sudah ada aplikasi SIPEKA untuk melaporkan hasil kerja harian pegawai yang dapat dijadikan tools untuk mengumpulkan bukti kegiatan yang dicapai pegawai, namun aplikasi ini belum dimanfaatkan maksimal oleh pegawai. Perlu kebijakan terkait dengan kewajiban penggunaan aplikasi SIPEKA agar memudahkah pegawai dan penilai dalam melakukan penilaian aspek kuantitas tersebut.
Penilaian kinerja aspek kualitas pekerjaan yang dicapai mendekati sempurna, ini ditandai dengan hasil kerja tidak ada revisi, capaian target produk kegiatan dapat diselesaikan sesuai target, proses administrasi lebih cepat, jam kerja lebih efektif dan komplain dari pegawai berkurang. Namun jika dilihat dari acuan yang digunakan untuk indikator menilai aspek kualitas masih kurang penjelasannya. Pada teori yang dikemukan para ahli dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa penilaian aspek kualitas sebaiknya dilihat dari akurasi, ketelitian, penampilan, ketepatan, kelengkapan dan kerapihan, sehingga perlu dibuat lebih detail lagi, terutama untuk rentang nilai maupun keterangan penjelasan nilai tersebut terhadap capaian hasil kerjanya agar penilaian aspek kualitas dapat diukur dengan jelasa.
Penilaian kinerja aspek waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sudah cukup, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan relatif tepat waktu sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Target waktu dihitung dalam bulan, namun pada penelitian ini ditemukan bahwa penentuan waktu penyelesaian pekerjaan selalu dihitung 12 bulan, padahal seharusnya waktu penyelesaian target pekerjaan disesuaikan dengan lamanya proses pekerjaan tersebut diselesaikan. Penulis mengusulkan agar saat menentukan target waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, terlebih dahulu menginventalisir dan memetakan pekerjaan sesuai dengan tupoksi dan beban kerja, kemudian menentukan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Penilaian kinerja aspek biaya ditargetkan pada SKP Kepala Biro Kepegawaian, dengan asumsi bahwa anggaran biaya sering sekali terjadi revisi, sehingga cukup riskan jika diturunkan ke tiap-tiap pegawai. Melihat hasil penelitian tersebut dan teori seharusnya semua kegiatan yang menggunakan anggaran harus dicantumkan besaran anggarannya pada SKP pegawai tersebut, jika Biro Kepegawaian menerapkan hal tersebut, perlu dilakukan studi banding terhadap Kementerian lain dan konsultasi ke Badan Kepegawaian Negara terkait penerapan aspek biaya di Biro Kepegawaian.
Perilaku Kerja Pegawai
Penilaian perilaku kerja dilakukan dengan menggunakan metode 360 derajat, dimana semua pegawai sudah terlibat didalamnya, ini seharusnya akan mendapatkan penilaian perilaku kerja yang obyektif. Namun melihat kondisi di lapangan dan hasil wawancaran penulis menyimpulkan bahwa penilaian perilaku kerja pegawai belum dapat dipertanggungjawabkan, karena pedoman yang ada indikator pada setiap aspek belum detail dan belum jelas, baik itu terkait dengan nilai pada indikator tersebut maupun penjelasannya, sehingga pada saat pegawai memberikan penilaian belum ada persamaan persepsi antar pegawai. Selain itu bukti yang otentik dapat digunakan saat ini masih berdasarkan kehadiraan, itu hanya untuk aspek disiplin, sedangkan aspek yang lain belum dapat dibuktikan. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan pedoman untuk unsur perilaku kerja agar indikator pada aspek-aspeknya dibuat lebih detail dan jelas.
Supervisi, Audit, dan Umpan Balik
Pelaksanaan penilaian kinerja pegawai di Biro Kepegawaian sudah dilakukan supervisi atau pengawasan dan audit dengan cukup baik, pengawasan tersebut dilakukan oleh seluruh pejabat struktural terutama Kepala Biro Kepegawaia, pengawasan dilakukan secara berjenjang, mulai dari Kepala Subbagian, Kepala Bagian dan Kepala Biro Kepegawaian. Namun umpan balik terhadap hasil penilaian kinerja pegawai belum dilaksanakan secara maksimal padahal umpan balik diperlukan untuk mengevalusi kinerja pegawai dan meningkatkan kinerja pegawai. Pengawasan dan audit terhadap kinerja pegawai harus dilakukan secara berkala, begitu juga umpan balik harus segera disampaikan kepada pegawai agar kinerja pegawai dapat dievaluasi.
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pegawai
Monitoring dan evaluasi (monev) penilaian kinerja pegawai di Biro Kepegawaian sudah dilaksanakan, namun belum maksimal, monitoring dan evaluasi (monev) dilakukan satu tahun sekali dan dilakukan oleh atasan langsung. Sebaiknya monev dilakukan secara berkala, tidak satu tahun sekali, namun dapat dilakukan minimal 3 bulan sekali, lebih bagus lagi jika dilakukan satu bulan sekali, ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja pegawai, sehingg kinerja pegawai dapat terukur dan atasan langsung dapat mengambil keputusan untuk meningkatkan kinerja pegawainya.
Dampak Penilaian Kinerja Pegawai
Dampak penilaian kinerja pegawai di Biro Kepegawaian adalah untuk dapat mengukur kemampuan pegawai, melihat capaian kinerja pegawai untuk bahan evaluasi perbaikan kinerja pada masa yang akan datang, sebagai syarat administrasi kepegawaian, sebagai bahan pertimbangan pimpinan untuk memberikan piagam penghargaan pegawai berprestasi, sebagai bahan pertimbangan promosi dan pengembangan karir pegawai.
Hasil penilaian kinerja pegawai belum dijadikan dasar penyesuaian kompensasi atau pemberian tambahan tunjangan kinerja, padahal dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2015 sudah jelas bahwa tunjangan kinerja dibayarkan berdasarkan kehadiran dan prestasi kerja, dan bagi pegawai yang mendapatkan nilai sangat baik akan diberikan penambahan tunjangan kinerja tersebut selama 1 tahun. Untuk itu perlu dibuatkan kebijakan terkait penilaian kinerja pegawai harus dijalankan sesuai dengan aturan sehingga penilaian tersebut obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan, karena hasil tersebut akan menjadi dasar dari pemberian kompensasi/tunjangan kinerja.
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kinerja pegawai antara lain adalah dari individu pegawai sendiri terkait dengan komitmen yang kuat, motivasi, disiplin, dan kompetensi yang memadai. Sedangkan untuk eksternal ruang kerja yang nyaman, pembagian beban kerja yang jelas, fasilitas kerja yang terpenuhi, kejelasan karir pegawai dan terutama kesejahteraan pegawai merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai.
Hambatan Penilaian Kinerja Pegawai
Hambatan atau kendala penilaian kinerja pegawai yang dilakukan di Biro Kepegawaian antara lain penilaian yang dilakukan oleh atasan langsung maupun pegawai masih bias, kesulitan mengumpulkan bukti capaian kegiatan, penilaian terlalu lama sehingga menggunakan perkiraan bukan berdasarkan bukti dukung, rentang nilai belum detail, tidak adanya standar penilaian pada setiap pejabat penilai, penilaian dilakukan satu kali sehingga tidak ada evaluasi atas capaian kinerja pegawainya, serta kurangnya komitmen baik atasan dan pegawai dalam hal penilaian kinerja pegawai. Untuk menyelesaikan kendala tersebut, pada penelitian ini penulis mengusulkan agar dibuatkan standar penilaian yang jelas sebagai acuan bagi atasan untuk melakukan penilaian kinerja bawahannya, dilakukan evalusi terhadap kinerja pegawai secara periodik, dibuatkan surat edaran terkait dengan pemanfaatan penggunaan aplikasi SIPEKA untuk memudahkan pengumpulan bukti capaian kegiatan.
Kesimpulan
Sistem penilaian kinerja pegawai di Biro Kepegawaian berdasarkan unsur Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan Perilaku Kerja. Indikator unsur SKP diukur dari aspek kuantitas, kualitas, waktu dan biaya. Sedangkan untuk unsur perilaku kerja diukur dari aspek orientasi pelayanan, integritas, komintmen, disiplin, kerjasama dan kepemimpinan. Metode yang digunakan untuk mengukur unsur SKP adalah Past based methods yang dinilai oleh atasan langsung, sedangkan unsur perilaku kerja menggunakan metode penilaian 360 derajat dimana hasil penilaiannya menggunakan metode perbandingan berpasangan. Nilai akhir didapat dengan cara menggabungkan nilai SKP bobot 60% dan perilaku kerja dengan bobot 40%, nilai akhir tersebut ditotal dan dikategori dengan menggunakan metode skala ranting grafik.
Sistem penilaian kinerja pegawai di Biro Kepegawaian belum efektif, obyektif dan akuntabel, sehingga perlu dilakukan revisi pedoman. Faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai antara lain komitmen, motivasi, disiplin, kompetensi, beban kerja, kejelasan karir dan kesejahteraan pegawai. Hambatan penilaian kinerja pegawai antara lain penilaian yang masih bias, kesulitan mengumpulkan bukti capaian kegiatan, rentang nilai belum detai dan tidak adanya standar penilaian. Manfaat penilaian kinerja digunakan sebagai bahan evaluasi perbaikan kinerja pegawai, syarat administrasi kepegawaian, pertimbangan promosi atau pengembangan karir pegawai dan sebagai dasar pembayaran tunjangan kinerja.
DAFTAR PUSTAKA
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT. Refika Aditama.
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2007. Evaluasi Kinerja SDM Cetakan 3. Bandung: PT. Refika Aditama.
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ambar Teguh Sulistiyani. 2003. Manajemen dan Sumber Daya Manusia: Konsep Teori dan Pengembangan Dalam Konteks Organisasi Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ahmad S Ruky. 2002. Sistem Manajemen Kinerja. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Amsyah, Z. 2007. Manajemen Sistem Informasi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Anonim. 2008. Performance Appraisal: Teknik Pengisian Form Penilaian Unjuk Kerja. Indo SDM, 2010.
Ardansyah, & Wasilawati. 2014. Pengawasan, Disiplin Kerja dan Kinerja Pegawai Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 16(2), 153–162. https://doi.org/10.9744/jmk.16.2.153
Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
A.W. Widjaja, 2006, Administraasi Kepegawaian. Rajawali, Bandung.
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan: Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara
Bacal, Robert. 2015. Performance Management, alih bahasa Surya Dharma dan Yanuar, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Badan Kepegawaian Negara. 2013. Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Jakarta.
Bernardin and Russel. 2000. Human Resources Management. New York: Mc Grow Hill.
Bohlander, G. W. & Snell, S. A. 2004. Managing Human Resources, USA, South-Western Collage Pub.
Brotoharsojo, Hartanto & Wungu, Jiwo, 2003, Tingkatkan Kinerja Perusahaan dengan Merit System, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Cascio, W. F. 2010. Managing Human Resorces: Productivity, Quality Of Work Life, Profit, New York: Mc Grow - Hill.
Chainar Elli Ria. 2016. Analisa Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara. Ekonomi Manajemen, VOL.5 NO.2(2), 14.
Dreher, George F. & Thomas W. Dougherty. 2001. Human Resources Strategy. Singapore: Mc-Graw Hill.
Eko Setiobudi. 2017. Analisis Sistem Penilaian Kinerja Karyawan Studi Pada PT. Tridharma Kenсana. Journal of Applied Business and Economics, 3(3), 170–182. http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/JABE/article/view/1768/1380
Handojono, M., & Sholihin, M. 2014. Bagaimana Mengurangi Bias Kemurahan Hati Dalam Penilaian Kinerja Subjektif? Sebuah Pendekatan Eksperimen. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 11(1), 40–56. https://doi.org/10.21002/jaki.2014.03
Handoko, T. Hani, edisi 2. 1993, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, BPFE, Yogyakarta.
Harlie, M. 2010. Pengaruh Disiplin kerja, Motivasi dan Pengembangan Karier Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Pada Pemerintah Kabupaten Tabalong di Tanjung Kalimantan Selatan. Jurnal Manajemen dan Akuntansi.Vol. 11 No. 2, Oktober 2010; 117-124.
Ilyas, Yaslis. 2012. Kinerja: Teori, Penilaian dan Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: FKM UI
Imam, Moejiono. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian, Yogjakarta, UII Press.
Irbiana, Y. E. (n.d.). Efektivitas Penilaian Prestasi Kerja PNS (Pegawai Negeri Sipil) Di Kantor Regional II Badan Kepegawaian Negara Surabaya, 1–10.
Jackson, S. E & Schuler, R. S. 1996. Human Resources Management: Positioning for 21 Century, St. Paul, West Publishing Company.
Januari, C. I., Utami, H. N., & Ruhana, I. 2015. Pengaruh Penilaian Kinerja Terhadap Kepuasan Kerja dan Prestasi Kerja (Studi pada Karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Wilayah Malang). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 24(2), 1–8.
Joedosastro, T. W. 2005. Upaya Meningkatkan Efektifitas Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan Kontraktor Studi Kasus PT. HK. Pasca Sarjana, Universitas Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Kneitner, R. & Kinicki, A. 2003. Organizational Behavior, New York: Mc Graw - Hill Inc.
Kurniawan, Dedi, dkk.2012. Pengaruh Budaya Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan International Federation Red Cross (Ifrc) Banda Aceh.Jurnal Manajemen Vol. 1 No. 1, Agustus 2012. ISSN 2302-0199.
Lena Satlita, Yanuardi, M. A. 2015. Penilaian Kinerja Pegawai Di Pemerintah Kota Yogyakarta. Jurnal Kajian Ilmu Administrasi Negara, 3 No.1, 43–52. https://doi.org/10.15713/ins.mmj.3
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Masyitoh. 2010. Pengembangan Sistem Penilaian Kinerja Karyawan Pada Rumah Sakit Juwita Bekasi Tahun 2010. Universitas Indonesia.
Mondy, R. W. dan Noe R. M., 1996, Personnel: The Management of Human Resources, Allyn and Bacon Inc., Boston.
Muhidin, S. A. 2009. Konsep Kinerja. Jawa Barat.
Musanef. 2002. Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Jakarta, PT. Gunung Agung.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 96 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Sasaran Kerja Pegawai Di Lingkungan Kementerian Kesehatan. 2014. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. 2015. Jakarta. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai Di Lingkungan Kementerian Kesehatan. 2015. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. 2011. Jakarta.
Radhitya Triyadi H, K. B. 2013. Analsis Kinerja Pegawai Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
Rahmawati, P. 2012. Analisis Kinerja Pegawai Kantor DInas Kesehatan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012. Universitas Indonesia.
Raymond McLeod, Jr. 2001. Sistem Informasi Edisi 7 Jilid 2. Prenhallindo. Jakarta
Rivai, V., Basri, A. F. M., Sigala, E. J. & Murni, S. 2008. Performance Appraisal: Sistem yang tepat untuk menilai kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing perusahaan Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.
Rival Veithzal. 2008. Performance Appraisal. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada
Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jilid 1, Edisi 8, Prenhallindo, Jakarta
Sadili Samsudin. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Pustaka Setia, Bandung.
Sari, R. N. I., & Hadijah, H. S. 2016. Peningkatan Kinerja Pegawai Melalui Kepuasan Kerja Dan Disiplin Kerja. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 1(1), 215–225.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV. Mandar Maju.
Sedarmayanti. 2003. Good Governace. Dalam Rangka Otonomi Daerah Upaya Membangun Efektif dan Efesien Melalui restrukturisasi dan Peberdayaan. Ed 1. Bandung: Mandar Maju.
Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama.
Simamora. Hendry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Badan Penerbit STIE.
Siregar, Keman N. 1992. Sistem dan Pendekatan Sistem. Jurusan Kependudukan dan Biostatistika FKM UI, Depok.
Sri Hindah Pudjihastuti, H. A. 2013. Optimalisasi Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah. Ekobis, 14 No.2(1), 59–71.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Penerbit Alfabeta.
Tjiptono, Fandy, 2008. Service Management. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara. 2014. Jakarta.
Utama, D. P. 2010. Pengaruh Disiplin Kerja Dan SIstem Kompensasi Pegawai Negeri Sipil Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Di Badan Kepegawaian Negara. Universitas Indonesia.
Wa Ode Zusnita Muizu, Siti Noni Evita, D. S. 2016. Disiplin Kerja dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil. Pekbis Jurnal, 8(No.3), 172–182.
Werther, W. B. & Davis, K. (eds.) 1996. Human Resources and Personal Manajemen New York: Mc Graw - Hill Inc.
-
Wiradi Suryanegara
-
Wiradi Suryanegara
-
Wiradi Suryanegara
-
Desy Ria
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-